Judul : The Journeys
Penulis : Adhitya Mulya, Okke Sepatumerah, Radytya Dhika, Trynity,
Windy A, Valiant Budi, Wina E, Ve Handoyo, Alexander T,
Ferdiriva H, Gama Harjono, Farida S.
Tebal : 254 hal.
Penerbit : Gagas Media
ISBN : 9789797804817
My rating : 3 of 5 Stars
Perjalanan adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi sebagian
besar orang ( karena ada juga orang yang tidak suka melakukannya dengan
alasan yang berbeda-beda), tentu saja saya termasuk pada kategori yang
pertama.
Setiap orang memaknai berbeda tentang perjalanan , tapi
yang pasti setiap pelakunya akan mendapat pengalaman baru, baik
pengalaman baik ataupun buruk, dan yang paling menarik bagaimana mereka
menghadapi atau beradaptasi dengan hal-hal yang baru mereka jumpai itu.
Senang
sekali waktu mendapatkan buku ini karena buku ini berisi kumpulan
cerita pendek tentang pengalaman perjalanan dari 12 orang traveller
dengan gaya bercerita dan sudut pandang yang berbeda.
Mengejar Mimpi, Kereta Pagi, dan Tapas Andalusia
dari Gama Harjono. Cerita pertama yang mengisahkan perjalanan dari
Roma di Italia ke Andalusia di Spanyol, banyak nama makanan
diperkenalkan di sini, ada Tapas makanan untuk ici-icip, Paela sejenis
nasi campur, Churros sejenis cakwe tapi garing, sepertinya makanan yang
enak untuk dicoba. Sayang nya cara bercerita kurang greget buat saya,
entah kenapa saya agak bosan membacanya.
A Morning Kiss Bye from A Stranger
dari Windy Ariesta menceritakan pengalamannya di Lucerne, Swiss .
Swiss adalah negara kaya tapi orang-orangnya tidak suka pamer kekayaan.
Penduduk Swiss menganggap sumber kebahagiaan –selain toilet umum yang bersih-adalah bebas dari rasa iri. (hal. 49)
Valiant Budi dalam Parfum Impian , gaya berceritanya tentang Timur Tengah membuat saya tertarik dan tersenyum dengan kelucuan yang disuguhkan.
Karimun Jawa Surga Indonesia
dari Alexander Thian , memberi kejutan ternyata Karimun Jawa adalah
tempat yang sangat menarik , salah satu tempat yang terindah di dunia.
Amerika Amertua,
Ferdina Hamzah menceritakan perjalanan ke Amerika bersama ayah
mertuanya, dia tidak menyangka perjalanan dengan mertua yang awalnya
dianggap akan membosankan ternyata cukup menyenangkan. Gaya berceritanya
yang penuh humor membuat saya tertawa-tawa sepanjang cerita.
Melipir ke Tel Aviv
cerita dari Ve Handoyo ketika melakukan perjalanan ke Israel. Sementara
rombongan nya melakukan wisata ziarah di Yerusalem, dia menginginkan
pengalaman yang lain, dengan caranya sendiri dia dapat berjalan-jalan di
Tel Aviv. Salah satu yang membuatnya heran dan kagum ialah orang di
sana terbiasa menunjukkan waktu dengan spesifik. Ketika dia menanyakan
jarak ke suatu tempat, dijawab bahwa ke tempat tersebut memerlukan
waktu 17 menit, atau 23 menit. Dan ternyata perkiraan itu benar
adanya.
Guy temannya mengatakan bahwa itu kebiasaan mereka “Kalau kasih petunjuk waktu selalu sedetail mungkin, yah, mumgkin kebiasaan yang terbawa dari wajib militer.” (hal. 185)
Adhitya Mulya dalam Afrika
seperti biasa bercerita dengan bahasa yang renyah dan kocak.
Menceritakan pengalamannya menjelajah Afrika, dia pergi ke Senegal
secara kebetulan karena ketika sedang berada di barat Afrika visanya
hampir habis dan hanya di Senegal lah Indonesia memiliki KBRI, padahal
Senegal bukanlah negara yang menarik bagi turis. Dia bersyukur
dengan kebetulan itu karena ternyata Senegal memberikan pengalaman
petualangan yang mengejutkan. Adhitya juga memberikan tips untuk mengujungi
Afrika , negara-negara mana saja yang menarik serta keistimewaan
masing-masing negara. Selama ini banyak yang menganggap bahwa semua
penduduk Afrika berkulit hitam, ternyata tidak, ada gradasi warna kulit
penduduknya dari mulai negara di utara sampai ke selatan, bagaimana
bisa? Sila baca sendiri, penjelasannya menarik untuk disimak.
Oh ya
tentang gambar covernya dalam waktu yang lama terlihat oleh saya
seperti gambar lokomotif, setelah hampir selesai membaca baru saya
perhatikan oh ternyata gambarnya tumpukan koper…siwer haha.
Cerita-
cerita lainnya banyak membuka mata kita tentang tempat-tempat menarik
untuk dikunjungi karena keistimewaan yang dimilikinya. Sayang gambar/foto nya baik tata letak maupun penampilan terasa kurang menarik.
Untuk
marasakan bagaimana pengalaman masing-masing secara lebih mendetail dan
mengetahui keistimewaan setiap tempat yang diceritakan, tidak rugi
membaca buku ini.
By thinking positively in every situation,
you can enjoy the travelling itself, not fussing over whom you’re
travelling with ( hal. 157 )