29 Februari 2012

Hotel Majestic ( Peril at End House )



Judul   :  Hotel Majestic
Judul  Asli  :  Peril at End House
Penulis : Agatha Christie
Penerjemah : Suwarni  A.S., Ny.
Tebal  :  321  hal. 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
My Rating :  3  of   4 Stars

Agtha Christie

Hercule Poirot sang detektif terkenal merasa sudah waktunya untuk pensiun. Kini waktunya untuk bersenang-senang maka dia bersama sahabatnya Kapten Hastings berlibur  menginap di Hotel Majestic  yang terletak di  St Loo kota pantai yang sangat indah di daerah selatan Inggris.
Tapi ketika kecelakaan yang misterius terjadi di depan matanya, nalurinya bangkit untuk menggunakan kembali 'sel-sel kelabu'nya.

Nick Buckley gadis cantik  penghuni "End House" rumah tua  di dekat pantai, mengalami 3 kali kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Pertama hampir celaka karena  tanpa diketahui sebelumnya rem mobilnya rusak, kemudian batu besar nyaris menimpa kepalanya ketika dia lewat menuju rumahnya, dan yang ketiga sebutir peluru nyasar melubangi topi yang sedang dikenakan nya dan itu terjadi di dekat Poirot.
 End House adalah rumah kepunyaan kakek Nick  dan  dia adalah satu-satunya  pewaris ,  siapakah yang akan diuntungkan jika Nick meninggal ?, tetapi ketika ditelusuri harta yang ada tidak terlalu banyak bahkan rumah itupun sudah digadaikan. Poirot mulai mencari tahu siapakah Nick dan siapa saja teman atau orang yang berada disekitarnya. 
Untuk menjaga Nick dari segala kemungkinan, Poirot  menyuruh Nick mencari  orang yang dapat menemaninya , maka Nick mengundang sepupunya  Maggie  yang berada di luar kota untuk menemani. Namun ketika   Nick mengadakan pesta bersama teman-teman sambil melihat kembang api  di rumahnya, Maggie mati tertembak,  saat itu dia memakai syal hitam... kepunyaan Nick…
 Empat kali sudah Nick  nyaris terbunuh dan ini bukan yang terakhir karena ketika dalam pengawasan / perlindungan di Rumah sakit Nick mengalami keracunan setelah makan  coklat kiriman dari seseorang.
Kejadian-kejadian ini tentu menohok harga diri Poirot karena Nick sedang dalam pengawasannya.. 
Poirot menuliskan nama orang-orang yang ada di sekeliling Nick. Bila teorinya benar maka nama si pembunuh ada dalam daftar ini :

A.   Ellen;  pengurus rumah tangga
B.   Suami Ellen;   yang tukang kebun
C.   Anak mereka  baru berumur 10 tahun
D.   Mr. Croft, orang Australia  yang menyewa rumah di dekat End House
E.   Mrs. Croft  yang lumpuh
F.   Mrs. Rice;  sahabat Nick yang selalu kelihatan lesu, kemungkinan mendapat warisan kalau Nick 
                      meninggal 
G.   Mr. lazarus;  pengusaha pacar Mrs. Rice
H.   Komandan Chalenger;  teman Nick yang naksir Nick
I.   Mr. Charles Vyse;  sepupu Nick  juga naksir Nick dan kemungkinan mendapat warisan kalau Nick    
                meninggal 
J.    ? ;   mungkin ada orang lain yang tidak diketahui.

  Seperti biasa Poirot mulai menyusun dan merangkai kejadian-kejadian ini namun dia masih merasa ada satu bagian yang hilang .

Walaupun  kejadian-kejadian ini begitu ruwet  akhirnya  Poirot  meyakini apa yang telah ia temukan, maka dikumpulkan semua orang di End House . Dari skenario yang dirancang oleh Poirot  terbongkarlah kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Mr dan Mrs Croft yang ternyata  buronan polisi Australia, dan ternyata benar ada ( J ) orang lain selain ke 9 orang dekat Nick yaitu suami Mrs. Rice yang ikut memperkeruh suasana ,  tapi  di atas semua kejahatan -kejahatan yang  memusingkan ini   ternyata Poirot  telah  menemukan  ‘sesuatu’ yang hilang , Poirot telah berhasil menemukannya .. dan  sangat mengejutkan semua orang karena ternyata pelaku pembunuhan Maggie adalah………..!! ?? apakah nama si pelaku ada dalam daftar yang telah dibuat Poirot atau apakah  ada   ( J ) yang lain ..?

Bagi yang penasaran silakan membacanya sendiri, temukan sensasi yang ditimbulkan ketika membacanya..


Membaca  cerita  Agatha Christie sangat mengasyikan karena  kita dapat mengikuti cara bekerja dan  berpikir Poirot serasa ikut terlibat  merangkai  Puzzle dan ikut mencari  ‘the missing puzzle’ yang jadi kunci  jawaban.






14 Februari 2012

Gelang Giok Naga

 
 Judul     : Gelang Giok Naga
Penulis   : Leny Helena
Tebal     :  319  hal.
Penerbit : Qanita, Bandung
My rating  ;  4 of  5 stars


Buku ini sudah lama direkomendasikan oleh teman, ternyata kesempatan baru datang saat ini, tapi tidak terpengaruh dengan lamanya waktu karena buku ini bukan jenis buku yang gampang basi. Kebetulan buku ini saya baca disekitar Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh cocok sekali dengan kisahnya yang menceritakan tentang kehidupan etnis Tionghoa dari jaman kekaisaran di Cina sampai jaman reformasi di Indonesia.

Istimewa nya semua tokoh utama adalah wanita. Wanita-wanita yang menjadi fokus cerita adalah pemilik Gelang Giok Naga , ada pertalian darah diantara mereka walaupun dengan rentang waktu yang sangat jauh dan diperoleh dengan cara yang berbeda-beda. Mereka adalah wanita-wanita yang dapat mempertahankan dan mengisi hidupnya dengan keberanian, keuletan dan perjuangan pada masanya masing-masing.

Bermula dari Yang Kuei Fe seorang selir kesayangan Jia Shi salah seorang kaisar Cina pada masa dinasti Ching sekitar thn. 1723. Ketika sang kaisar terbunuh Yang Kuei Fei yang sedang hamil lari bersama salah seorang Kasim yang bernama Fu. Tidak lupa dia membawa beragam perhiasan termasuk sepasang gelang terbuat dari batu giok murni dengan hiasan naga emas.

Seiring waktu bergulir kira-kira awal abad 20 pengarang menceritakan dua orang wantita bernama A Sui dan A Lin,kehidupan mereka diceritakan secara begrantian dengan lancar dan tidak membuat bingung pembacanya.

A Sui dan A Lin berasal dari keluarga miskin. Pada thn . 1947 A Sui menyusul suaminya ke Batavia, sedangkan A Lin juga pergi ke Batavia karena dijual oleh ibunya , pada saat itu orang tua biasa menjual anaknya karena desakan ekonomi dan mengharapkan perbaikan kehidupan untuk anaknya tersebut.

A Lin ketika datang ke Batavia pada usia 9 thn. Dipekerjakan pada seorang nenek untuk mengurus babi, bahkan makan dan tidur pun di kandang babi. Ketia umur 15 th, dia dijual dan dijadikan nyai oleh seorang Belanda, kehidupannya secara ekonomi dan sosial berubah drastis sampai akhirnya si tuan pulang ke negeri Belanda. Dengan modal dari suaminya yang baru Alin berusaha sendiri dan berhasil meningkatkan perekonomian keluarganya bahkan menjadi rentenir dengan harta yang banyak.
Sedangkan A Sui bersama suaminya berhasil membina rumah tangga dengan baik. Akan tetapi sepeninggal suaminya dia jatuh miskin. A Sui berjuang demi kehidupan anak-anak biarpun miskin dia berusaha menyekolahkan anak-anaknya , untuk menyekolahkna anaknya dia menggadaikan harta warisan dari ibunya berupa sepasang gelang giok naga, dan gelang itu digadaikan kepada nyonya kaya yang tidak lain adalah A Lin.

Hubungan A Sui dan A LIn kurang baik , A Sui menganggap A Lin sebagai orang kaya yang sombong dan A Lin menganggap A Sui sebagai orang miskin yang sombong tidak mau menunjukkan rasa hormat kepadanya. Anehnya anak-anak mereka berteman baik , Anak sulung A Sui dan anak sulung A Lin akrab sejak kecil bahkan mereka membuat usaha bersama di daerah Glodok , usaha mereka maju dan berhasil mempunyai toko dan mobil. Yang paling tak terduga Sui Giok anak bungsu A Sui hamil oleh Bun Kun anak bungsu A Lin. Walaupun kedua orang tua tidak setuju tapi Bun Kun memaksa ibunya untuk melamar Sui Giok akhirnya mereka dinikahkan.

Pada tahun 1976 Sui Giok melahirkan, mereka tidak mau memberi anaknya dengan nama Cina karena takut jika anaknya besar nanti susah masuk sekolah dan mencari pekerjaan , anak itu diberi nama Swanlin gabungan dari A sui dan A Lin nama kedua neneknya.
Swanlin tumbuh menjadi gadis pemberani dan tidak sombong meskipun dia dari keluarga berada tidak segan dia menjadikan anak-anak kampung yang menjadi tetangganya sebagai teman sepermainan. Ketika menjadi mahasiswa sekitar thn. 1998 terjadi pergolakan di Indonesia banyak dari etnis Cina yang menjadi korban, Swanlin tidak gentar, dia menjadi salah satu aktifis mahasiswa yang membantu korban-korban kerusuhan .

Walaupun dengan jalan yang berliku akhirnya Swanlin disetujui menikah dengan seorang teman sesama aktifis, mahasiswa keturunan Batak bernama Ruli.
Pada hari pernikahan itulah kedua nenek yang kerap berseteru duduk berdampingan . Pada saat itu pulalah A Lin mengeluarkan sepasang gelang Giok Naga yang ternyata selama ini masih disimpannya, dengan persetujuan A Sui dia memberikan gelang itu kepada Swanlin.

Swanlin bersama Ruli suaminya sempat pergi ke negri Cina ke negri leluhur Swanlin, cerita selanjutnya bergulir dan berakhir.. diluar dugaan…...., di akhir cerita Gelang Giok Naga itu dapat dilihat di sebuah museum.

Gelang Giok naga yang melambangkan kekuatan dan kelembutan menjadi benang merah dalam kisah ini, tentang kekuatan dibalik kelembutan , tentang keberhasilan dibalik kerapuhan wanita
Pengarang berhasil menceritakan kisah tentang perkembangan adat budaya etnik Cina; dimulai dari cerita tentang batu giok, legenda naga, cinta dan intrik di jaman kekaisaran Cina , kehidupan mereka di Batavia pada masa penjajahan Belanda sampai kehidupan yang dialami pada masa reformasi di Indonesia dengan segala macam problem yang harus dihadapi, tapi pengarang sebagai seorang etnis Tionghoa pun tidak lupa melakukan otokritik terhadap kebiasaan mereka yang sukar untuk berbaur.

Seseorang pernah berkata, menjadi Cina di Indonesia sungguh susah, kau harus menunjukkan kalau kau lebih nasionalis dari pribumi asli.( Hal. 280)


Menarik untuk dibaca !

02 Februari 2012

Madre

Judul   : Madre
Penulis  : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal  : 162  hal.
My rating :  3 of 4 Stars



Ketika melihat tampilan covernya di GoodReads saya tertarik untuk membacanya, beruntung dapat kesempatan membaca gratis  :)

Nasib memang tidak dapat diperkirakan, itulah yang dialami Tansen ketika mendapat warisan dari seseorang yang tidak dikenal ( waktu kecil saya dan teman-teman suka menghayal mendapat warisan dari orang kaya :). Bingung begitulah yang dirasakan Tansen yang tinggal di Bali ketika dia harus berada di Jakarta di tengah tempat pemakaman orang Tionghoa. Ya.. Tansen seorang pemuda yang berkulit gelap dan berpenampilan urakan itu akan mendapat warisan dari orang yang hari itu dimakamkan  bernama Tan Sin Gie , Tansen tidak habis pikir apa hubungannya dengan yang meninggal ini. Kejanggalan mulai terkuak sedikit demi sedikt ketika oleh pengacara pak Tan dibawa ke sebuah bekas toko yang berupa bangunan tua berlantai dua di daerah Jakrta tua. Di sana dia disambut oleh Pak Hadi , seorang kakek berumur 80 an, dari pak Hadi inilah muncul cerita mengejutkan mengenai latar belakang dirinya.

Bagaimana rasanya ketika kita tiba-tiba berubah asal usul dalam sekejap . Tansen tiba-tiba saja mengetahui bahwa dalam dirinya mengalir darah Tionghoa yang berasal dari Tan Sin Gie yang ternyata adalah kakeknya. Kakek dan neneknya yang bernama Laksmi dulunya ternyata adalah pengusaha roti dan ia ingin mewariskan sesuatu kepada keturunan mereka satu-satunya yang masih hidup yaitu Tansen. Apakah yang diwariskannya?, ternyata bukan berupa harta atau benda mewah tetapi...Madre, apakah Madre itu ( harusnya ini merupakan kejutan, sayang saya tidak terkejut ketika mengetahui arti madre karena sudah membaca beberapa review buku ini  ). Madre adalah biang roti yang dibuat oleh Laksmi neneknya dan umur madre itu sudah lebih tua dari ibunya Tansen. Dari Madre ( dalam bahasa Spanyol artinya ibu ) inilah toko roti ini bisa membuat roti-roti yang enak, dan madre ini akan bertahan terus layaknya mahluk hidup bila dipelihara dengan baik..bagaimana bisa...? Pak Hadi dengan caranya menceritakan semua hal dari awal dengan lugas dan kadang mengejutkan Tansen.

Bagaimana akhir kisah antara  Tansen dan Madrenya, yang semula dia tolak mentah-mentah karena merasa tidak ada minat dan bakat dalam hal per-rotian. Bagaimana cerita dan perilaku pak Hadi yang bisa membuat bimbang Tansen untuk mengambil keputusan..bacalah bukunya  :)

Membaca cerita tentang seluk beluk roti ini sambil membayangkan harumnya roti-roti fresh buatan tangan-tangan ahli yang trampil, membuat saya membayangkan bentuk dan harumnya roti jaman dulu, teringat bitter ballen juga roti tawar waktu itu yang mempunyai lapisan kulit coklat tua dengan bentuk ‘seksi’ dan teringat aroma khas toko-toko roti jaman dulu di Bandung . Suka juga dengan tokoh pak Hadi orang tua yang masih cekatan, setia dan sangat mencintai pekerjaannya.. tipikal pekerja jaman dahulu.

Madre ini salah satu cerpen diantara kumpulan cerpen dan beberapa puisi di buku ini , memakan halaman yang banyak untuk sebuah cerpen, tapi idenya dengan roti- roti itu sangat  menarik.

Selain Madre yang lumayan bagus adalah cerpen ‘ Menunggu layang-layang’ kisah Che yang hidupnya serba teratur dan sahabatnya Starla yang hidup sepertinya tanpa aturan. Kisah yang panjang berliku dengan ending yang....

Sedangkan beberapa puisinya, saya baca sambil lalu karena tidak begitu menarik perhatian.


Bagi saya, ada yang beda buku Dee yang ini dengan buku Dee yang lain