31 Desember 2016

86





Judul                :   86
Penulis             :   Okky Madasari
Jumlah hal.       :   256 hal.
ISBN               :  978 979 22 6769 
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Rating                : 3,5  of 5 Stars


86 apa sih artinya?
Saya belum.pernah membaca reviewnya ketika baca buku ini jadi belum memgerti apa maksud dari 86.

Arimbi gadis kampung yang berhasil mengenyam pendidikan sampai sarjana, nasib baik pula ketika mengikuti tes sebagai pegawai negri dia diterima sebagagai pegawai di kantor kejaksaan di Jakarta. Walaupun sarjana dia menempati posisi sebagai pegawai rendahan yang bertugas mengetik berkas-berkas perkara sebagai staf panitera.  Arimbi menjadi kebanggaan orangtua di kampung, karena telah menjadi seorang pegawai negri yang merupakan simbol status keberhasilan keluarga yang bisa mengangkat derajat mereka.

Biarpun telah 4 tahun bekerja dia masih seorang pekerja yang lugu, piolos dan jujur, dengan gaji yang kecil,  dia masih tinggal kost di sebuah gang sempit yang kumuh. Sampai pada suatu kesempatan dia mengetahui satu kebiasaan yang selama ini luput dari pengamatannya.  Dia berkenalan dengan satu istilah yang semua orang sudah tau kecuali dirinya, yaitu ketika dia mewakili bu Danti atasannya untuk berurusan dengan seorang pengacara.

"........Sudah nggak usah sungkan-sungkan. Memang kita baru kenal, tapi ya sama-sama tahulah, delapan enam aja deh!" ( hal. 94 )

Sejak saat itulah  dia tahu apa yang dimaksud dengan 86 dan karena lingkungan, kebutuhan  dan ambisi dia ikut terlibat didalamnya, ikut 'kecipratan'  dan menikmatinya... Arimbi telah berubah

Setelah menikah dengan Ananta, kebutuhan semakin bertambah tapi akhirnya tersandung dan dikorbankan oleh atasannya sehingga dia tertangkap dan mengalami kehidupan di penjara.
Bagaimana proses selanjutnya ketika dia sudah merasakan kehidupan di penjara yang penuh intrik dan tidak lepas dari kejahatan yang tidak kalah mengerikan yaitu..narkoba.

-----------------------------------------------------------------------------

Dengan membaca cerita ini kita bisa membayangkan betapa kacau dan sedemikian parahnya keadaan lembaga hukum di Indonesia ( atau semua lembaga di Indonesia? ), korupsi merata dari atasan sampai pegawai yang terendah. bahkan pegawai yang tadinya polos dan lugu pun sadar ataupun tidak dapat terpengaruh dan menikmatinya.
Yah korupsi sudah menjadi penyakit yang sepertinya mendarah daging dalam lembaga-lembaga negara ini,
bukan hanya para pegawai tapi rakyat biasa pun mengikuti pola itu untuk mendapatkan keinginannya jika berhubungan dengan lembaga pemerintahan.

Sekali lagi Okky berhasil bercerita dengan lancar dan mudah dipahami sehuingga kita sebagai pembaca dapat merasakan apa yang sedang terjadi.





21 Desember 2016

Sebening Air Perigi Ananda



Judul           : Sebening Air Perigi Ananda
Penulis        : Yeti Widiati
Jumlah Hal. :250 hal.
Penerbit       : Paradigma
ISBN          :  978 602 73933 01 
Rating          : 4 0f  5 Stars



Buku ini membahas tentang cara mengasuh  anak-anak  di era digital.. Mendidik, dan  membimbing buah hati dengan segala persoalan mulai dari yang sederhana sampai yang dapat mengganggu perkembangan jiwa.
Terbagi dalam beberapa bagian (diistilahkan dengan perigi )  yang juga terdiri dari beberapa judul yang lebih terfokus pada suatu hal.

1. Mengawani Perubahan

Sekarang siapa yang tidak kenal jargon -kurang piknik- yang ditujukan kepada orang-orang yang berpikiran sempit, kurang terbuka dan selalu curiga pada hal-hal baru .
Penulis menjelaskan dengan sederhana tapi mengena :

Orang-orang  yang "kurang piknik" ini tidak menyadari bahwa di tempat lain, di komunitas lain, di belahan dunia yang lain, di ilmu yang lain , ada cara pandang yang berbeda , value yang berbeda , karakteristik orang yang berbeda dan segala macam perbedaan lainnya. (hal. 22)

kurang lebih artinya sama dengan pepatah "seperti katak dalam tempurung.
Kenapa orang Indonesia banyak yang "kurang piknik" karena pendidkan kita tidak memberi ruang pada rasa ingin tahu (curiosity) untuk belajar dan sesuatu dan antusiasme terhadap hal-hal baru.

2. Menyiapkan Perbaikan
'Tuntaskan masalah pada masa lalu agar tidak menjadi kerikil pada masa depan. Ajarkan anak menyelesaikan  masalahnya yang 'kecil' pada masa kecil sehingga tidak menjadi masalah dan beban "besar" pada saat besar." (hal. 62)

3. Menggugahkan Komunikasi
Kita ingin anak menjadi yang terbaik, begini atau begitu tapi kita sendiri tidak memberi ruang bahkan tidak memberi contoh kepada mereka.
'oh.. ternyata banyak benar paradoks yang kita lakukan di hadapan anak-anak". (hal. 107)

4. Meniti Perkembangan
Pernahkah kita mengalami situasi buruk dalam keluarga dan tidak memberitahukan kepada anak dengan alasan masih kecil, tidak perlu, atau takut mengganggu kehidupannya, padahal anak sering merasakan ada hal negatif tapi tidak tahu pasti apa yang terjadi..

"Jadi, pertanyaannya,kapan dan sejauh apa kita harus memberitahu anak tentang urusan keluarga?'            (hal. 149 )
5. Mengolah tanya
apakah kamu termasuk introvert atau ekstrovert, pernahkah dihakimi orang gara-gara kamu pendiam disebut introvert atau karena kamu banyak bicara disebut ekstrovert ?padahal tidak sesederhana itu.

Introversi dan ekstroversi adalah berkaitan dengan bagaimana seeorang mengarahkan energi mentalnya. ( hal, 228 )
Penjelasannya dengan gamblang akan dipaparkan di buku ini

Inti dari buku ini mengajak para orangtua untuk percaya bahwa setiap anak mempunyai keunikan sendiri.  Bukan hanya dengan memberi pelajaran tapi kita harus berani dan mau untuk bersusah payah mengajar anak menggali potensi dirinya, menemukan air pengetahuannya, merasakan kegagalan dan kesulitan serta kepuasan mencapai  keberhasilan dan pencapaian. Jadi kita tidak hanya memberi air, tapi mengajarkan bagaimana menggali sumur ( perigi ) untuk mendapatkan air yang jernih.

Penasaran? silakan baca sendiri  :)


-----------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah lama saya tidak pernah membaca buku-buku selfhelp, parenting, dan sejenisnya, karena saya merasa bosan ( maaf ). Tapi saya tidak merasa rugi membaca buku ini karena memberikan masukkan yang sangat berguna  dan gaya penulisan yang tidak terasa menggurui dan tidak hanya penuh teori yang mengawang.

Penulis menjelaskan semua dengan bahasa yang sederhana, tidak akan terasa bosan  membacanya karena penjelasannya dibagi dalam beberapa judul yang dapat dibaca derngan santai tapi isinya dapat dimanfaatkan oleh orangtua. Dengan latar belakang sebagai seorang psikolog dan pengalaman sebagai orangtua dari anak yang berkebutuhan khusus, pemaparannya dilatari ilmu dan pengalaman  dengan penyampaian yang dapat dipahami pembacanya.


'Stress, cemas, atau bahagia adalah pilihan kita'   (hal. 134 )

Direkomendasikan buat orangtua dan para pemerhati perkembangan anak.