30 Januari 2014

Pulang - Tebak Santa 2013


Judul          :   Pulang
Penulis       :   Leila S. Chudori
Penerbit     :   Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal          :   464  hal.
ISBN          :   9789799105158
Rating        :   4 - of  5  Stars


-Pulang-   keinginan itu pasti bisa dirasakan oleh setiap orag yang sedang berada jauh dari 'sarang'nya .
Rasa itu akan semakin bertambah bila pulang hanya menjadi semacam mimpi  yang susah diwujudkan.
Itulah yang dirasakan oleh para eksil  politik Indonesia yang sedang berada jauh dari tanah airnya.

Can death be sleep, when life is but a dream ( John Keats )
Mungkinkah mati itu tidur bila hidup itu mimpi. ( hal. 447 )

Dimas Suryo adalah tokoh dari kisah ini, kisah yang berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah.
Tahun 1965 ketika suhu politik di Indonesia sedang memanas, kala itu Dimas adalah  mahasiswa yang pandai bergaul,  sangat dekat dengan orang-orang yang sedang saling berseberangan,  dia kost bersama Risyaf temannya, dan akrab dengan 2 pemuda aktifis golongan 'kiri' (komunis) yang jauh  lebih senior yaitu Hananto dan Nugroho,  dia pun akrab dengan Bang  Amir aktifis dari golongan 'kanan' , tapi Dimas adalah mahasiswa bebas tidak terikat atau berafiliasi dengan salah satu pihak yang sedang berseteru.
Tapi karena tidak memilih inilah yang menjadikan hidupnya berubah drastis. Karena kedekatannya dengan Hananto dia diminta Hananto untuk mewakilinya ke pertemuan partai di Santiago Chilie, pada saat berada di Santiago  meletus peristiwa 30 September 1965 di Indonesia. Sejak saat itulah Dimas bersama kawannya Risyaf, Tjai dan Nugroho menjadi eksil politik tidak bisa kembali ke tanah air dan menjadi pengelana ke berbagai negara dan akhirnya berlabuh di Paris Perancis.
Paris, Mei 1968 ketika terjadi revolusi mahasiswa , Dimas berada di sana, di sanalah Dimas bertemu dengan Vivienne Deveraux  mahasiswa universitas Sorbone   yang cantik.. Le Coup de foudre ( cinta pada pandangan pertama ).. berhasil membuat Dimas melupakan Sunarti  mantan  pacar  yang telah menikah dengan Hananto. Dimas dan Vivienne menikah dan mempunyai anak yang diberi nama Lintang Utara.
Tidak mudah bagi stateless seperti Dimas dan kawan-kawan  hidup di negeri orang dengan mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan dan sumbangan orang yang bersimpati. Akhirnya karena keakhlian Dimas memasak keempat sahabat ini mendirikan sebuah restoran Indonesia yang diberi nama Restoran Tanah Air dengan mereka berempat sebagai pilarnya.
Hidup berpuluh tahun di negeri orang tidak menyurutkan kecintaan mereka pada tanah air,  keinginan untuk pulang  ke  tanah leluhur kadang tak tertahankan,  sayang mereka tidak dapat ijin untuk masuk ke Indonesia kecuali Risyaf yang entah kenapa bisa mendapat izin sesekali pulang ke Indonesia. Dimas bertekad kalaupun selama hidup tak bisa pulang ia ingin ketika mati dikuburkan di pemakaman Karet,  ia rindu bau tanah ..tanah airnya..tanah kelahirannya.

Maka ketika Lintang Utara akan berkunjung ke Indonesia dalam rangka penyusunan tugas akhirnya di Universitas Sorbone;  ayah dan kawan-kawannya, Ibunya, Narayana sang pacar  sangat mendukung.  Entah kebetulan atau takdir Lintang datang ke Indonesia Thn. 1998  saat Indonesia  bergolak. Di Indonesia Lintang  menyaksikan dan ikut mengalami peristiwa besar;  berakhirnya pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Suka, duka, romantis, pedih dialami Lintang di negeri leluhur nya. Pada  saat yang bersamaan Dimas  mengalami masa kritis kesehatannya. Bisakah Dimas pulang ke tanah air sebelum akhir waktunya tiba  ?
Membaca sendiri pasti lebih menarik karena dapat menikmati gaya bercerita dan kejutan-kejutan yang disuguhkan dalam buku ini.

---------------------------------

Sudah lama saya ingin membaca buku ini,  dan kebetulan buku ini dihadiahkan oleh "Santa"  Jadi lah  "Pulang"   bacaan saya di awal tahun.

Mengapa saya tertarik ingin membaca Pulang? 
- Saya selalu tertarik membaca buku yang berlatar sejarah ;
- selain itu banyak diperbincangkan pembacanya dengan rating rata-rata tinggi  tapi  saat bersamaan menuai  polemik di media sosial karena menjadi pemenang "Khatulistiwa Literary Award'';  
 - covernya terlihat "macho",  dalam bayangan saya  sesuai dengan isi cerita tentang peristiwa heroik dan kehidupan eksil politik di luar negri yang pasti penuh tantangan dan perjuangan. 

Walaupun agak lambat di awal tapi saya suka dengan cara bercerita Leila:
 -Gaya  bahasa  dan pilihan kata nya bagus  walaupun diksi nya tidak secantik buku Amba karya Laksmi  Pamuntjak, tapi lebih ringan dan renyah untuk dibaca. Saya bisa ikut merasakan ketegangan dan kelucuan saat hari pertama Restoran Tanah Air dibuka, merasakan kebahagiaan dengan banyaknya pengunjung  bahkan merasakan keharuan luarbiasa  bersama Dimas ketika dia pergi ke pojok dapur untuk menyembunyikan matanya yang basah (hal. 119).  kata-kata ''puitis' muncul ketika Dimas mengumpamakan memasak sama  dengan menciptakan puisi (hal. 114)
-Cara bercerita dengan memakai penutur yang berganti-ganti pun  tidak membingungkan, hanya mungkin editor harus lebih teliti lagi karena ada beberapa yang agak terasa janggal .
 -Alur cerita dengan waktu ditarik dari belakang ke depan terus berganti sebetulnya tidak masalah sayang penempatan tahun yang berlompatan tidak berurut  membuat saya sebagai pembaca harus membolak balik buku agar bisa utuh menggambarkan peristiwa, kurang efisien rasanya.
-Entah kenapa jalan  cerita dengan POV Dimas dan perjuangannya di luar negri lebih menarik bagi saya dari pada kisah  Lintang di Indonesia karena terasa lebih banyak  'bumbu' yang ditampilkan jadi tidak fokus rasanya.  Kenapa pula Lintang begitu mudah jatuh cinta pada seorang pemuda  Indonesia padahal sudah bertahun-tahun dia berpacaran dengan Narayana, alasannya sih  sama dengan pertemua Vvienne dengan Dimas yaitu... Le coup de Foudre.
Sayang Leila kurang detail dalam menggambarkan tempat atau kota -kota yang disinggahi tokohnya padahal itu salah satu hal yang bisa membuat nilai lebih buat saya.
Tapi saya setuju yang dikatakan Lintang tentang Indonesia  :"...anak-anak mudanya tak banyak yang mempelajari atau tertarik pada sejarah.'   -jleb-.. mmm  ..memang begitu rasanya.( Mungkin saatnya pelajaran sejarah di  sekolah  dirubah cara penyampaiannya ya..)

Dimas memang tokoh yang eksentrik seorang koki handal yang kental sifat kesenimanannya,  dia menginginkan dipemakaman kelak selain doa-doa yang dipanjatkan juga minta Risyaf membawakan lagu Stairways to heaven atau Take me home...........Maka ketika saat itu tiba mengalunlah sebuah lagu John Denver  dari harmonika Risyaf dengan tempo perlahan dan mengiris senja yang merah
                   ...............     country roads take me home
                                       to the place I belove..................