31 Oktober 2013

Mahogany Hills

Judul  : Mahogany Hills
Penulis      :  Tia Widiana
Tebal         :  344 hal.
Penerbit    :  Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :  9795232002
My Rating : 3 of 5 Stars


Ketika membaca judulnya  saya mengira buku ini adalah buku terjemahan tapi  ternyata ini buku karya penulis Indonesia dan belakangan baru tahu bahwa buku ini adalah pemenang lomba Penulisan Novel Amore thn. 2012.

Apakah perjodohan masih ada pada era globalisasi ini ? Bermula dari  perjodohanlah buku ini bercerita.
Jagad Arya dan Paras Ayunda  menikah karena perjodohan tanpa perkenalan dan pendekatan lebih dulu padahal mereka orang berpendidikan, tapi kenapa mau dijodohkan oleh orang tua ?, secara samar diungkapkan di awal  bahwa mereka mempunyai rahasia  masing-masing dibalik persetujuan mereka untuk dijodohkan.
Setelah menikah Jagad yang sedang membangun sebuah resor di Sukabumi ,  memboyong istrinya ke sebuah rumah  berhalaman luas di pedesaan di wilayah  Sukabumi  yang sejuk dan nyaman. Rumah cantik ini digambarkan dengan indah oleh penulis : “jalan kecil ini berujung pada rumah putih berdinding kayu berlantai dua. Berlatar langit biru yang bersih, matahari pagi yang bersinar cerah, dan perbukitan kecil, itu rumah paling indah yang pernah dilihatnya…..dst.. Rumah indah itu diberi nama Mahogany Hills.
Pernikahan mereka tidak  semulus  yang dibayangkan Paras dan tidak semudah  yang direncanakan Jagad. Ya masing-masing mereka mempunyai  bayangan dan rencana tentang perjodohan ini, bayangan Paras  yang  mecoba untuk menjalin chemistry dengan Jagad  dan rencana Jagad untuk menceraikan Paras dalam waktu yang tidak lama setelah pernikahan mereka.  Paras mencoba melayani segala kebutuhan Jagad , berusaha menjadi istri yang baik tapi penerimaan Jagad yang dingin  cenderung  meremehkan serta perlakuan yang kurang menyenangkan sungguh diluar dugaannya. Kemudian kesepian dan rasa tak berdaya  yang dirasakan: mereka : Kesepian rasanya bisa membuat perasaan negatif menjadi dua kali lebih kuat. Jika kesepian , marah bisa terasa seperti murka . Sedih rasanya seperti amat merana. (hal.80)
 Dalam perjalanan waktu terkuak rahasia mereka kenapa Paras mau dijodohkan dengan Jagad dan kenapa  jagad belum menikah juga padahal kehidupannya sudah mapan, kemudian muncul juga para mantan masing-masing yang ikut mewarnai  ketidakharmonisan kehidupan perknikahan mereka. Seperti yang bisa dtebak; lama kelamaan timbul juga ‘rasa’ itu tapi mereka berdua berusaha  membohongi dirinya  terutama Jagad yang selalu berusaha menolak perasaan itu.
 Sampai akhirnya tragedi itu terjadi, ketika  sudah merasa tidak tahan dengan perlakuan Jagad  Paras berusaha kabur dari rumah padahal saat itulah Jagad ingin mengemukakan perasaannya, dalam pelariannya Paras mengalami  kecelakaan  dan terjadi lah  ‘sesuatu’ ,yaitu  peristiwa yang menjadi andalan beberapa novel dan sinetron TV, akibat kecelakaan itu Paras mengalami…a.m.n.e.s.i.a…( kenapa..kenapa harus amnesia…) . Paras tidak mengalami amnesia total tetapi dia tidak mengenal Jagad dan  merasa tidak nyaman berada didekatnya . Selama perawatan di Rumah sakit sampai pulang ke rumah  Jagad merawat Paras dengan sangat telaten dia merasa  bersalah  karena selama ini telah memperlakukan  Paras dengan tidak wajar dan kini menyadari bahwa dia mencintai Paras.
 Peristiwa demi peristiwa secara perlahan mengembalikan ingatan Paras, akhirnya ketika menemukan koper yang dibawanya saat hendak kabur dulu ingatan Paras pulih dan menyadari apa  yang terjadi selama ini, kemarahannya diluapkan pada Jagad  dan minta jagad untuk menceraikannya.
 Bagaimana kah akhir kisah ini dapat dilihat dari pernyataan ini.
Dan demi apapun di dunia ini, Jagad berniat menepati janjinya …membahagiakan Paras.
Cerita ini ditutup dengan epilog manis…’yang saya rasa’  -tidak perlu-..

----------------------------------

Membaca sebuah novel amore biasanya dari bagian –bagian awal kita sudah dapat memprediksi apa yang terjadidi akhir cerita. Tinggal bagaimana cara penulis mengolah dan menyajikan cerita kepada pembacanya. Kisah ini bisa ditebak dari awal, plot cerita tidak terlalu mengejutkan  malah ada hal-hal yang  sudah sering dipakai oleh pengarang lain dan mengganggu bagi saya , misalnya:
* kecelakaan yang menyebabkan amnesia, rasanya ini menjadi pemecahan masalah  yang paling gampang  yang sudah sering dijumpai dibayak novel dan banyak sinetron; 
*perjodohan dengan alasan yang aneh; 
*para mantan pacar yang datang dan pergi dengan gampang  dan berkelakuan sangat buruk cenderung jahat (memang mantan harus selalu  buruk ya kelakuannya); 
* epilog yang tidak perlu karena bagi saya seperti bumbu yang berlebihan , mengingatkan saya pada novel  ARSAS, karya S Agatha yang juga memakai epilog tidak perlu seperti ini.
Kelebihan Tia adalah bisa memilih kata-kata yang bagus walaupun diksinya tidak sebagus pengarang kawakan, bisa memgambarkan tempat dan situasi  dengan rinci dan penggambaran karakter lumayan jelas.
Jadi Saya walaupun bukan penggemar  novel amore masih bisa menikmati cerita ini.
Bagi seorang debutan Tia mungkin salah satu pengarang yang bisa berkembang lebih baik lagi..Semoga !


*Baca Bareng BBI (debut)