30 Desember 2014

The bear came over the mountain

J u d u l          : The bear came over the mountain
Penulis           : Alice Munro
Penerjemah    : Anton WP
Tebal               : 64 hal.
Penerbit          : bukuKatta
ISBN                : 9789791032803
My rating        : 4 of 5 Stars


Bagaimana perasaan kita apabila pasangan hidup terlibat akrab dengan orang lain tanpa perasaan bersalah bahkan di depan mata  ?

Grant dan Fiona telah menikah selama 50 tahun. mereka menghabiskan masa tuanya di rumah orangtua Fiona  di sebuah desa, sebuah rumah beasar dengan jendela mengahdap teluk yang  terasa sangat mewah bagi Grant.
Setahun belakangan Grant merasa ada perubahan pada Fiona.Awalnya dia memnemukan banyak catatan di kertas kuning kecil menempel di seluruh bagian rumah. Sebetulnya ini merupakan kebiasaan Fiona sejak lama menuliskan setiap kegiatan yang akan dilakukan, tapi belakangan Grant melihat catatan itu semakin detail. .
 (hal.8)

Ternyata Fiona mengalami gangguan pada daya ingatnya, kadang dia pergi ke luar rumah dan tidak tahu jalan pulang atau merasa baru saja menempati rumah ini padahal mereka telah menempatinya selama 12 tahun.
Walaupun merasa berat akhirnya Grant memutuskan untuk membawa Fiona ke rumah perawatan semacam panti di Meadowlake.untuk mendapat pengobatan dan perawatan.  Panti itu menerapkan aturan bahwa pasien pada tiga puluh hari pertama tidak boleh ditengok dengan tujuan agar pasien dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan di sana. Ketika waktu menjenguk  tiba Grant merasa senang akan bertemu dengan Fiona, tak lupa membelikan bunga untuk 'kencan' pertama tersebut. Grant menemukan Fiona sedang duduk menonton beberapa pria yang sedang bermain kartu, dan terlihat akrab dengan salah seorang pria yang kemudian diketahui  benama Aubrey.  Fiona menyambut Grant dan mengobrol dengannya. tapi Grant merasa Fiona memperlakukannya tidak seperti biasa tapi lebih mengnggap bahwa Grant adalah seorang tamu yang perlu dihormati, ya dia tidak mengenal Grant sebagai suaminya.
Grant adalah  lelaki yang kehidupannya penuh warna, selama menikah dia pernah berhubungan dengan wanita lain tapi rasa sayangnya kepada fiona tidak pernah luntur. Menghadapi keadaan  Fiona sekarang Grant tidak putus asa, dengan sabar tetap mengunjungi Fiona walaupun Fiona tidak menganggapnya sebagai suami, bahkan semakin akrab dengan Aubrey  Grant berusaha menemui  Marian istri Aubrey untuk membicarakan keadaan mereka.
Ketika Aubrey dibawa pulang oleh istrinya, Fiona merasa terpukul dan semangat hidupnya menurun,  Grant menemui Mirian kembali agar Audrey diizinka untuk datang ke panti barang seminggu untuk berjumpa dengan Fiona.
Grant kemudian memutuskan untuk mempertemukan kembali Fiona dengan Aubrey. Ketika Grant menemui Fiona dia mendapatkan Fiona tidak lagi di tempat tidur seperti biasa tapi sedang duduk di dekat jendela........dan sesuatu yang tidak diduga oleh Grant terjadi,,,ada perubahan pada Fiona..dia mengenal Grant sebagai.............?
Sila membaca sendiri bagaimana kelanjutan kisahnya..  

---------------------------------------------** ----------------------------------

Gaya bahasa buku ini kurang familiar bagi saya, mungkin terjemahannya yang kurang nyaman dibaca, begitupun perpindahan waktu yang sedang berjalan tidak ada batasan yang jelas, sehingga pembacanya harus berpikir ulang untuk mencerna maksudnya.
Tapi saya suka ceritanya, amat jarang kisah yang menceritakan pasangan tua, saya menyukainya.....mungkin karena saya mulai beranjak tua hehehe..

---------------------------------------**------------------------------------------

Judul cerita ini terasa aneh karena tidak ada seekor beruangpun dalam kisahnya. Munro mengambil judul ini dari sebuah lagu anak-anak yang mengisahkan seekor beruang melintasi gunung dan yang dilihatnya ketika sampai disana adalah bagian lain dari gunung tersebut.  Munro seolah ingin menciptakan suatu ironi dengan menjadikan lagu anak-anak yang ceria ini sebagai judul sebuah kisah tentang orang-orang lanjut usia.( Hal. 63 )


19 Desember 2014

The Journeys

Judul         : The Journeys
Penulis      : Adhitya Mulya, Okke Sepatumerah, Radytya Dhika, Trynity, 
                    Windy A, Valiant Budi, Wina E, Ve Handoyo, Alexander T,
                    Ferdiriva H, Gama Harjono, Farida S.
Tebal         :  254 hal. 
Penerbit     : Gagas Media
ISBN          : 9789797804817
 My rating    : 3 of 5 Stars
Perjalanan adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi sebagian besar orang ( karena ada juga orang yang tidak suka melakukannya dengan alasan yang berbeda-beda), tentu saja saya termasuk pada kategori yang pertama.
Setiap orang memaknai berbeda tentang perjalanan , tapi yang pasti setiap pelakunya akan mendapat pengalaman baru, baik pengalaman baik ataupun buruk, dan yang paling menarik bagaimana mereka menghadapi atau beradaptasi dengan hal-hal yang baru mereka jumpai itu.

Senang sekali waktu mendapatkan buku ini karena buku ini berisi kumpulan cerita pendek tentang pengalaman perjalanan dari 12 orang traveller dengan gaya bercerita dan sudut pandang yang berbeda.

Mengejar Mimpi, Kereta Pagi, dan Tapas Andalusia dari Gama Harjono. Cerita pertama yang mengisahkan perjalanan dari Roma di Italia ke Andalusia di Spanyol, banyak nama makanan diperkenalkan di sini, ada Tapas makanan untuk ici-icip, Paela sejenis nasi campur, Churros sejenis cakwe tapi garing, sepertinya makanan yang enak untuk dicoba. Sayang nya cara bercerita kurang greget buat saya, entah kenapa saya agak bosan membacanya.
A Morning Kiss Bye from A Stranger dari Windy Ariesta menceritakan pengalamannya di Lucerne, Swiss . Swiss adalah negara kaya tapi orang-orangnya tidak suka pamer kekayaan.
Penduduk Swiss menganggap sumber kebahagiaan –selain toilet umum yang bersih-adalah bebas dari rasa iri. (hal. 49)
Valiant Budi dalam Parfum Impian , gaya berceritanya tentang Timur Tengah membuat saya tertarik dan tersenyum dengan kelucuan yang disuguhkan.
Karimun Jawa Surga Indonesia dari Alexander Thian , memberi kejutan ternyata Karimun Jawa adalah tempat yang sangat menarik , salah satu tempat yang terindah di dunia.
Amerika Amertua, Ferdina Hamzah menceritakan perjalanan ke Amerika bersama ayah mertuanya, dia tidak menyangka perjalanan dengan mertua yang awalnya dianggap akan membosankan ternyata cukup menyenangkan. Gaya berceritanya yang penuh humor membuat saya tertawa-tawa sepanjang cerita.
Melipir ke Tel Aviv cerita dari Ve Handoyo ketika melakukan perjalanan ke Israel. Sementara rombongan nya melakukan wisata ziarah di Yerusalem, dia menginginkan pengalaman yang lain, dengan caranya sendiri dia dapat berjalan-jalan di Tel Aviv. Salah satu yang membuatnya heran dan kagum ialah orang di sana terbiasa menunjukkan waktu dengan spesifik. Ketika dia menanyakan jarak ke suatu tempat, dijawab bahwa ke tempat tersebut memerlukan waktu 17 menit, atau 23 menit. Dan ternyata perkiraan itu benar adanya.
Guy temannya mengatakan bahwa itu kebiasaan mereka “Kalau kasih petunjuk waktu selalu sedetail mungkin, yah, mumgkin kebiasaan yang terbawa dari wajib militer.” (hal. 185)
Adhitya Mulya dalam Afrika seperti biasa bercerita dengan bahasa yang renyah dan kocak. Menceritakan pengalamannya menjelajah Afrika, dia pergi ke Senegal secara kebetulan karena ketika sedang berada di barat Afrika visanya hampir habis dan hanya di Senegal lah Indonesia memiliki KBRI, padahal Senegal bukanlah negara yang menarik bagi turis. Dia bersyukur dengan kebetulan itu karena ternyata  Senegal memberikan pengalaman petualangan yang mengejutkan. Adhitya juga memberikan tips untuk mengujungi Afrika , negara-negara mana saja yang menarik serta keistimewaan masing-masing negara. Selama ini banyak yang menganggap bahwa semua penduduk Afrika berkulit hitam, ternyata tidak, ada gradasi warna kulit penduduknya dari mulai negara di utara sampai ke selatan, bagaimana bisa? Sila baca sendiri, penjelasannya menarik untuk disimak.

Oh ya tentang gambar covernya dalam waktu yang lama terlihat oleh saya seperti gambar lokomotif, setelah hampir selesai membaca baru saya perhatikan oh ternyata gambarnya tumpukan koper…siwer haha.
Cerita- cerita lainnya banyak membuka mata kita tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi karena keistimewaan yang dimilikinya. Sayang gambar/foto nya baik tata letak maupun penampilan terasa kurang menarik. 

Untuk marasakan bagaimana pengalaman masing-masing secara lebih mendetail dan mengetahui keistimewaan setiap tempat yang diceritakan, tidak rugi membaca buku ini.

By thinking positively in every situation, you can enjoy the travelling itself, not fussing over whom you’re travelling with ( hal. 157 )