31 Maret 2012

Steve Jobs


Judul  :  Steve Jobs
Penulis  : Walter Isaacson
Penerjemah  : Word++Translation Service & Tim Bentang
Tebal : 742 hal.
Penerbit  : Bentang
 My  Rating : 5 of 5 Stars

Buku ini termasuk yang paling lama saya baca secara kontinyu ( ada juga yang dibaca lama karena tertunda atau ditunda dulu), walaupun diseling dengan membaca 1 buku tapi buku ini terus dibaca karena takut kehilangan sensasinya.
 Saya termasuk orang yang ‘gaptek’ tapi  membaca buku biografi  tentang seorang yang terlibat  dalam perkembangan teknologi dengan berbagai istilahnya ini tidak terasa membosankan. Jadi pertama-tama salut kepada penulisnya Walter Isaacson yang mampu menuliskan biografi seorang Steve Jobs yang berkarakter unik dalam sebuah buku sangat tebal tapi bisa menjaga tempo cerita,  walaupun berkisah dengan  waktu tidak berurut tapi tidak membingungkan dan peralihan  topik  lumayan mulus.

Steve Jobs mempunyai karakter kuat dan  temperamental (sempat terpikir  apakah orang dengan karakter demikian bisa diterima di sini ):  seorang hippie,  jarang mandi sehingga bau badannya sangat mengganggu, ke kantor dengan bertelanjang kaki; tertarik pada spiritual  dan pernah tinggal di India untuk mempelajari  Hindu dan Zen Budha; vegetarian sejak muda , diet ketat bahkan untuk waktu yang lama hanya makan wortel;  senang  membicarakan hal penting sambil berkeliling berjalan kaki; sangat memperhatikan detail, terobsesi dengan desain;   sering menjengkelkan orang disekitarnya, tapi selalu menemukan inovasi, memberikan ide yang sangat cemerlang dan melakukan hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin, walaupun sering berselisih pendapat dengan teman sekerja tapi mampu membangkitkan semangat mereka untuk melakukan pekerjaan yang diinginkannya.

Steve Jobs lahir di San Francisco pada tgl. 24 Februari 1955 dari seorang ibu bernama Joanne dan ayah seorang keturunan Suriah bernama Abdulfattah Jandali. Kemudian diadopsi oleh pasangan suami istri yang bernama  Paul Jobs dan Clara, oleh mereka lah ia diberi nama Steven Paul Jobs.

Paul Jobs mewariskan kepada Steve kecintaannya dalam bidang mesin dan melalui mobil memperkenalkannya pada ilmu elektronik. Steve Jobs sangat terkesan dengan keahlian ayahnya mendesain barang-barang yang dibuatnya, itulah mungkin yang menyebabkan Steve terobsesi dengan desain.  ( saking terobsesi dengan desain ketika  menderita sakit parah dia menolak memakai masker karena menganggap desainnya payah, akhirnya dia memilih satu dari 3 pilihan masker yang diajukan walaupun sambil  mengomel  karena desainnya jelek ). 
Steve dibesarkan di lingkungan yang unik dimana  semua penduduknya bahkan yang tidak pintar sekalipun, cenderung menjadi insinyur. Tempat ini kemudian akan dikenal  dengan nama Silicon Valley (julukan bagi daerah selatan area Teluk San Francisco karena banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bidang Komputer dan semikonduktor ).

Diantara teman dan sahabatnya  yang paling mengesankan ada nama Stephen Wozniak, Steve mengenalnya sejak masa SMA, walaupun dia lebih tua 5 tahun dari Steve mereka bisa berteman karena mempunyai hobi yang sama di bidang elektronik. Wozniak adalah penggemar berat elektronik yang sangat cerdas . Dua Steve inilah yang  mendirikan apple 1 di  garasi rumah orangtua Jobs di Los Angeles. Karakter keduanya sangat bebeda Wozniak orang yang sangat jujur dan lurus,  ketika dia menemukan papan sirkuit  yang luar biasa, dia ingin membagikannya secara gratis tapi Steve mencegahnya , Steve lah yang berhasil mengemas dan memasarkannya. Ketika kongsi mereka pecah keduanya tetap berteman dan Wozniak yang rendah hati  masih kerap  membantu Steve. Apabila Apple mengeluarkan produk baru maka Wozniak  sejak dini hari selalu ada dalam antrian  pembeli. Bahkan sampai produk terakhir Apple yang diluncurkan setelah Steve Jobs meninggal pun Wozniak tetap setia antre dari pagi untuk memperolehnya.

Salah satu keahlian Steve Jobs ialah mempengaruhi lawan bicaranya. Teman-temannya menyebut dengan istilah Distrorsi Realitas Lapangan .” DRL merupakan perpaduan mengagumkan dari gaya retorika  yang karismatik, kemauan yang tak terkalahkan, dan keinginan untuk mengubah fakta apapun agar sesuai dengan tujuan yang ada,” “ jika sebuah argumen yang dia gunakan tidak berhasil membujuk orang lain  maka dia akan sigap menggantinya dengan argumen lain. Terkadang dia akan membuatmu merasa kehilangan keseimbangan secara mendadak, menjadikan pendapatmu menjadi pendapatnya sendiri, tanpa pernah menyadari bahwa dia pernah memiliki pendapat yang berbeda.”(hl. 151)
Setelah sekian lama teman-temannya menyadari hal itu, maka ketika sedang rapat mereka membuat kesepakatan dengan membuat sinyal –menggaruk hidung atau menggerakkan telinga- ketika seseorang mulai merasa terjebak  dalam DRL Steve. Orang itu harus ditarik kembali ke dunia nyata.
Akar dari DRL Jobs adalah keyakinan mendalam yang dimilikinya. Jobs percaya bahwa aturan tidak berlaku bagi dirinya.

Aspek lain dari sudut pandang Jobs adalah caranya mengelompokkan sesuatu menjadi dua. Jobs  biasa mengelompokan orang lewat kaca mata oposisi biner :  jago atau bego. Karya orang dinilai sebagai : terbaik atau sampah. (jadi tidak berlaku seperti yang dinyanyikan Veti Vera  "Yang sedang2 saja )  :D.

Meskipun Steve penghuni dunia digital dia adalah pendukung kuat pertemuan tatap muka : “Kreativitas muncul dari pertemuan spontan, dari diskusi acak. Anda berjumpa seseorang, anda bertanya apa yang mereka kerjakan, anda berkata ‘wah’, dan tidak lama kemudian anda berdua membahas berbagai ide.
Mungkin keyakinan ini pulalah yang menyebabkan dia senang mengajak diskusi atau pengenalan terhadap lawan bicaranya dengan mengajaknya berjalan kaki mengelilingi kompleks perumahan/perkantoran.

Bagi Jobs  tanda perusahaann inovatif tidak saja selalu menjadi yang pertama memunculkan ide baru, tetapi juga tahu cara membuat lompatan ketika mendapati dirinya tertinggal.

Jobs menginginkan mengembangkan  produk hebat yang inovatif dan transformative, serta membangun perusahaan yang berumur panjang.

Jobs adalah manusia music, dia  penggemar the Beatles dan Bob Dylan yang fanatik.  

Jobs selain ahli dalam bidang teknologi  juga pencinta seni . Terbukti dia dapat menggabungkan seni dengan teknologi digital  yang dapat memproduksi film-film animasi yang dapat mengalahkan kepopuleran produk Walt Disney, semua dilakukannya di Pixar. Di Pixar Jobs dapat menuangkan ekspresi seninya dan suasana kerja di Pixar tidak setegang di kantor Jobs lainnya.

Selama hidupnya Jobs berhasil merevolusi enam industri : Komputer Pribadi, Film Animasi, Musik, Ponsel, Komputer Tablet, dan Penerbitan Digital.

Dia menciptakan dua brand terbaik pada eranya  Apple dan Pixar.


---------------------------------             -------------------------------

Walter  Issacson menulis biografi ini  setelah selama dua tahun mewawancarai Jobs lebih dari 40 kali, mewawancarai lebih dari 100 orang anggota keluarga, teman, sahabat, musuh,pesaing  dan kolega Jobs . Steve Jobs membebaskan Issacson untuk menuliskan semua tanpa ikut campur tangan jadi semua pendapat teman atau pesaing tentang kebaikan  dan kejelekan Jobs dituliskan apa adanya.

Issacson berhasil menampilkan dengan memukau mulai dari masa kecil, masa pencarian, kegagalan, keberhasilan sampai masa-masa sakit dan menjelang ajal. Emosi ikut terbawa membaca perjuangan Jobs melawan penyakit tanpa harus berubah menjadi menye-menye.



Pada suatu sore yang panas, saat merasa kurang sehat, Jobs duduk di taman belakang rumahnya dan membayangkan kematian….. (hal.690)

…setelah membisu dia berkata, ……., mungkin kematian seperti tombol on atau off,’..”Klik, dan akhirnya, engkau akan pergi untuk selamanya.” Dia terdiam lagi, dan senyumnya sedikit mengembang. “ Mungkin, itulah sebabnya aku tidak pernah meletakkan tombol on atau off pada peranti Apple.”

Selamat jalan Steve Jobs….!

Bagi yang belum baca,  Eulogy dari  Mona Simpson  ini mungkin bisa buat icip-icip:




17 Maret 2012

Morning Brew

Judul   :  Morning Brew
Penulis   :  Nina Addison
Tebal      :  224  hal.
Penerbit  :  Gramedia Pustaka Utama
My rating  :  3 of  4 stars

Malam itu  seperti biasanya Reney gembira  ketika  diajak dinner oleh Boy pacarnya, ketika kemudian Boy mengatakan bahwa dia mendapat beasiswa ke London kegembiraannnya bertambah, lalu dia mengira bahwa Boy akan melamarnya malam itu, tapi ..yang dinyatakan Boy selanjutnya membuat dia hampir pingsan... Boy memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan hampir 8 tahun…...Sesudah itu hampir 3 hari dia tidak masuk kerja terpuruk dalam kesedihan, untung ada Ivana dan Danny sahabat sekaligus teman kerjanya yang setia membangkitkan kembali semangatnya dan mengajak secepatnya kembali bekerja.

Morning Brew adalah nama sebuah kafĂ© kecil yang ditata dengan apik  terletak di daerah perkantoran di Jakarta yang menyediakan kopi dan makanan-makanan kecil dengan harga terjangkau oleh para karyawan sekitar. Di sanalah Reney bekerja  bersama kedua orang temannya,Ivana adalah salah satu pemegang saham dan Tante Patra saudara Ivana adalah pemegang saham utama kafe tersebut.  Morning Brew bukan hanya sekedar tempat bekerja bagi mereka tapi mereka lah penentu roda bisnis nya. Morning Brew  sebagai tempat  untuk menunjukkan eksistensi diri dan juga pembelajaran hidup yang nyata bagi mereka bertiga. Reney, Ivana dan Danny bukan hanya sekedar rekan kerja tapi sebagai sahabat yang saling mengerti dan saling menguatkan.

Pada bagian awal sampai hampir pertengahan buku ini saya merasa ceritanya sangat biasa tentang percintaan dan pamer nama minuman dan makanan  seperti yang banyak ditemui dalam buku sejenis ini.  Tapi kemudian menemukan hal yang lain dari karakter pemerannya , selain itu  ada pesan-pesan yang menarik untuk disimak dan penyampaian cerita kemudian bergulir lebih lancar.

Susah bagi Reney untuk menghilangkan bayang-bayang Boy yang telah sekian tahun menjadi bagian hidupnya, dengan dorongan kedua sahabatnya  perlahan-lahan Reney mulai membuka diri, kemudian dia bertemu dengan Ari pria tampan yang menyenangkan dan akhirnya mereka mulai menjalin kasih . Tapi dia mulai meragukan untuk melanjutkan cintanya karena ada perilaku Ari yang dia anggap aneh apalagi setelah itu terjadi perselingkuhan. Dengan tegas Reney memutuskan untuk stop walaupun akan mengulangi trauma yang menakutkan.

  Rupanya Boy pun tidak dapat melupakan Reney ketika  pulang ke Indonesia dia melamar Reney serta  mengajak ikut ke London. Reney bimbang tapi ternyata masih ada cinta di hatinya, Reney menerima lamaran Boy.  Disaat menjelang keberangkatan ada  satu moment dimana Reney mengetahui bahwa ada sifat Boy yang tidak berubah yang memungkinkan akan menyulitkan  dikemudian hari. Reney kembali mengambil keputusan diluar dugaan,  menghentikan hubungan mereka, padahal  keberangkatan mereka berdua ke London tinggal menghitung hari.

  Setelah itu kepedihan kembali berulang, seperti yang pertama dulu 3 hari pula Reney berkurung di kamarnya dngan jiwa yang kosong, tapi tidak  seperti kejadian dulu kali ini Reney pulang ke rumahnya di Bogor, ternyata mama yang selama ini dia hindari karena selalu menanyakan pernikahan menunjukkan hal yang sebaliknya, penuh pengertian dan kata-kata sang mama banyak yang mencerahkan buat Reney.

.…kamu berani mengenali apa yang kamu rasakan dalam hatimu dan bertindak berdasarkan itu.  Mungkin kebanyakan orang akan bertindak sebaliknya karena itu yang lebih mudah untuk dilakukan.”

"Memang semua butuh waktu. Walaupun terkadang kita nggak akan jadi orang yang sama seperti dulu saat kita masih bersama orang itu. Cuma yang harus kalian ingat, jangan sekali -sekali menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain.

Suka juga dengan perumpamaan warung pempek yang diceritakan Reney kepada Boy untuk saling memaafkan dan melegakan perasaan mereka berdua.

Pada akhirnya Reney menemukan apa yang selama ini dicarinya pada seseorang yang telah lama dikenalnya, siapa dia ?

Tak perlu ada kesimpulan. Cukup ingat saja bahwa rumus cinta dan patah hati adalah rumus pasti dalam dunia percintaan. Namun jangan pernah patah semangat dan takut mendengarkan bisikan hati kecil karena dia takkan pernah menyesatkan perjalanan kita.


Hmmm…..






Novel ini termasuk jenis metro pop, dan setiap kali membaca novel jenis ini saya harus siap-siap menghadapi pandangan aneh dari orang sekitar, karena mungkin mereka pikir kok seumuran ini masih baca novel begini  ..:(,  tapi kadang saya menikmati melihat wajah yang penuh keheranan..   :))