14 Juni 2012

PRAHA PRAGUE


Judul       :  PRAHA PRAGUE
Penulis    :  Arthur Phillips
Penerjemah : Ahsin Mohammad
Tebal        :  585  hal.
Penerbit :  Q-Press
My  Rating :  3  of  5 Stars

Membaca novel yang cukup tebal ini adalah suatu 'perjuangan’ bagi saya karena beberapa kali hampir menyerah ,  yang menjadi masalah adalah gaya bahasa dan penyampaian cerita, entah ini memang dari 'sana'nya atau masalah terjemahannya yang membuat bingung.
Untuk menyelesaikan bagian pertama memerlukan waktu lama dengan menundanya berkali-kali dan terpikir untuk tidak meneruskannya karena bahasanya yang melingkar-lingkar dan pembahasan yang sepertinya tidak beraturan, sehingga apa yang diceritakan tidak menempel di kepala. Setelah memasuki beberapa halaman dari bagian kedua baru terasa alur cerita yang ingin disampaikan walaupun tetap penyampaiannya terasa aneh.

Buku ini terdiri dari 4 bagian (bab ) :
I. Kesan-Kesan Pertama
II. Horvath Kiado
III. Digestive
IV. Praha

Praha , novel yang bercerita tentang kehidupan beberapa orang ekspatriat di Hongaria pada masa pasca Komunis setelah ditinggalkan Rusia. Sejarah dan budaya Hongaria sejak sebelum perang dunia sampai pasca komunis dan bagamaina mental orang-orang Hongaria termasuk para ekspatriat diceritakan di sini. Menarik walaupun dengan pemaparan yang bisa membuat kening berkerut ketika membacanya karena dalam satu paragraph kadang ada lebih dari dua objek atau dua subjek yang diceritakan bahkan kurun waktupun bisa melompat ke depan atau ke belakang.

Walaupun judul buku ini Praha tapi lokasi dalam buku ini adalah Hongaria tepatnya di kota Budapest( Buda dan Pes), benang merah dari cerita ini adalah John Price pemuda asal Amerika Serikat yang menyusul kakaknya ke Hongaria dan bekerja sebagai jurnalis. Praha mungkin hanya bayangan yang menjanjikan bagi orang-orang Hongaria . Akhir cerita yang di luar dugaan cukup megejutkan dan membuat pembaca menebak-nebak apakah yang akan dilakukan John Price di Praha kelak..

------------------------

Sebetulnya ceritanya menarik hanya pemaparan cerita dan terjemahan yang kadang janggal membuat bosan pembacanya (terutama saya ),membuat penasaran untuk mengetahui apakah edisi bahasa Inggrisnya  sama atau lebih baik dari edisi terjemahannya.

Jadi jika membaca buku ini mungkin dapat diketahui bagaimana 'semangat juang' kita untuk membacanya; apakah menyerah di awal, ditinggal di pertengahan, diselesaikan karena terpaksa atau diselesaikan dengan bahagia …:)

Dua setengah bintang untuk buku ini ditambah setengah karena berhasil menahan saya untuk melanjutkan cerita sampai selesai…:(

31 Mei 2012

Divortiare


Judul        :  Divortiare
Penulis     :  Ika Natassa
Tebal       :  288 hal
Penerbit   : Gramedia Pustaka Utama
My Rating :  3  o f  5 Stars

Ika Natassa
Setelah beberapa kali membaca novel metro pop, ternyata isinya banyak yang mirip-mirip  ,misalnya : bertebaran nama makanan dan  minuman 'elite'  yang bikin ngiler,  tempat makan  (resto, cafe,) yang oke, merk-merk baju, tas , sepatu yang ngetop, latar belakang sosial, dan pendidikan yang tinggi, pernah tinggal atau sekolah di luar negri... .ya ialah namanya juga metro pop :D 

Divortiare pun demikian kisahnya; Alexandra (Lex ) seorang banker cantik dan pintar  bercerai dari suaminya Beno seorang dokter bedah yang ganteng,  alasan perceraiannya  sudah tidak cocok lagi karena masing-masing sibuk dengan pekerjaan yang menyita waktu . Alexandra merasa Beno lebih mementingkan pasien dari pada istrinya sendiri sehingga menimbulkan pertengkaran yang tiada henti.   Setelah perceraianpun  mereka  tetap  merasa saling membenci  tapi ternyata ..susah untuk saling melupakan a.k.a benci tapi rindu.  Bahkan ketika Alexandra telah bertunangan  dengan Deni -sosok lelaki tampan , mapan , latar belakang sosial berkelas yang pernah berteman semasa sekolah  di  Australia- pun Lex  masih tetap diselimuti keraguan., karena kenangan akan kebersamaan dengan Beno selalu melintas di benaknya.

Kedua tokoh utama kelihatan saling dendam dan benci , setiap bertemu mereka  selalu bertengkar, saling tersinggung dan selalu marah-marah  sehingga membuat capek membacanya. Selain itu agak mengganggu   pemakaian bahasa Inggris yang  hampir mendominasi  cerita ini (atau ini adalah  ciri kehidupan para sosialita sekarang ),  ada lagi yang patut dipertanyakan yaitu  apa perlunya tiap judul bab memakai bahasa latin (?) dengan note( di bawah ) diterjemahkan  memakai bahasa Inggris –bukan bahasa Indonesia - (mungkin dengan  asumsi semua pembaca nya lebih mengerti  bahasa Inggris  )  :( . 

Jalan cerita  biasa saja , akhir cerita nya pun bisa ditebak, walaupun eksekusi di akhir cerita lumayan menarik.  Banyak  istilah-istilah perbankan dan penjelasannya disampaikan dengan fasih  ( mungkin karena penulisnya  juga seorang banker) sehingga dapat menambah wawasan tentang  dunia perbankan.

Eh..Divortiare   bahasa apa ya ..? artinya 'divorce' kah..:D 

Dua setengah  bintang untuk ceritanya, tapi tambah  setengah karena covernya bagus, jadi 3 bintang dari
saya.


posting bareng BBI


11 Mei 2012

for Z

Judul   :  for  Z
Penulis : Dadi Sumaatmadja, Nova Natassa
Penerbit : Kurnia Esa Publishing
Tebal  :  262  hal.
My Rating :   3 -   of   5  Stars

.....Wanita Pelopor Citizen  Journalism yang ditaklukan oleh kanker ganas.....



Z adalah singkatan dari sebuah nama Zeverina Retno Pudjisriastuti, pemilik nama ini adalah seorang wanita muda bergaya tomboy dan funky yang penuh semangat pantang menyerah.
Zev adalah lulusan jurusan komunikasi UGM, sejak dini dia mencintai dunia tulis menulis dan bercita-cita menjadi wartawan. Thn. 1989 Zev memutuskan pindah ke Jakarta.Peluang pertama menjadi jurnalis didapatnya ketika dia diterima menjadi reporter di Majalah Berita Bergambar Jakarta-Jakarta, sebuah majalah berita bergambar pertama di Indonesia. Zev sangat menikmati pekerjaan yang penuh tantangan , dia adalah seorang fighter, baginya hidup tersa lebih hidup jika penuh tantangan, dia tidak mau jadi pecundang. Sampai-sampai tanda tangannya pun bukan berdasarkan nama tetapi dengan tulisan “why not the best”. Ketika Timor timur membara karena peristiwa santa Cruz ,Zev meliput ke sana berhasil mewawancarai sumber-sumber sipil maupun militer.

Akhir th. 1999 Jakarta Jakarta gulung tikar tergilas kompetisi industri media. Zev sempat berpikir untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya mengasuh kedua putra-putrinya, tapi ia ragu karena darah jurnalisnya masih bergelora, beruntung dia mempunyai suami yang mendukung sepenuhnya dan menghargai apapun keputusannya. ( sepertinya pasangan ini membangun keluarga yang tidak konservatif; panggilan suami istri ini lo dan gua, anak-anak mereka menyebut nama ibu bapaknya dengan nama mereka )

Saat itu cyber fever tengah melanda , industry media online sedang booming di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Zev akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Kompas  Cyber Media (KCM). Pemberitaan di internet lebih menantang karena membutuhkan kecepatan penyampaian yang harus selalu update.
Mei 2000, Zev resmi menjadi wartawan KCM, inilah periode kedua kariernya sebagai jurnalis. Kembali dia menggeluti bidang politik,sering terjun ke lapangan untuk meliput aktivitas yang memerlukan konsentrasi tinggi dan menghabiskan waktu yang banyak. Sampai akhirnya ia merasa ada sesuatu yang hilang yakni kebersamaan dengan keluarga. Beruntung disaat bersamaan pimpinan merotasi posisi Zev dari rubrik politik ke rubrik kesehatan yang tidak terlalu membutuhkan kecepatan update,sehingga bisa menyeimbangkan urusan profesi dan keluarga.

Awal th. 2005 Zev merilis rubrik kesehatan. Sejak konsultasi kesehatan dilansir perlahan peminat bertambah banyak dan menjadi salah satu kolom popular dikalangan pembaca Kompas.com, bukan hanya dari Indonesia tapi dari seluruh dunia, kebanyak dari orang-orang Indonesia yang bermukim di berbagai negara. Dari ruang konsultasi kesehatan inilah kelak lahir Kolom Kita (KoKi), yakni komunitas yang berbasis pada genre "Citizen Journalism".

13 Maret 2006 nama Koki mulai digunakan . Perubahan nama ini membawa berkah, Penggemar Koki (KoKiers) bertambah banyak berkat tangan dingin seorang Zev. Dari kolom Kesehatan dia menyulapnya menjadi sebuah kanal yang menampung tulisan dari siapa saja dengan topic apa saja. Maka keluarlah jargon : “ Siapa saja, menulis apa saja”.
Zev- lah penggagas dan pionir Citizen Journalism media online yang mendunia pertama di Indonesia (hal. 111). KoKi yang dikembangkan oleh Kompas.com telah diakses di seluruh belahan dunia.

Selama rentang hampir 3 tahun Zev mengasuh KoKi , banyak pekerjaan yang dilakukan dari rumah walau bekerja di rumah Zev hanya sesekali memejamkan mata untuk rehat, rata-rata hanya 4 jam dia tertidur pulas tak jarang pula tidur di sofa. Disaat tengah menggebu-gebu membesarkan KoKi terjadi perombakan manajemen KCM. Tiba-tiba soal absensi dirinya mulai diusik, pihak manjemen memepersoalkan ketidak hadiran Zev secara fisik di kantor. ( sebenarnya kantor lebih diuntungkan karena kalau di kantor paling hanya 8 jam sehari, sedangkan bekerja dari rumah hampir 24 jam waktu Zev untuk KoKi). Menyadari kesalahan Zev mulai masuk kantor seperti umumnya. Tapi th. 2009 pihak manajemen Kompas.com memberangus Rumah KokI.  Dunia terasa berhenti, Zev limbung.
Dengan dukungan suami dan sang kakak, Zev mulai membangun New KoKi.  Setelah resign dari Kompas.com, Zev mempersiapkan rumah baru untuk KoKi akhirnya dia memutuskan bersiap bergabung dengan Detik.com. Sementara menunggu realisasi dengan Detik.com. Zev membuat rumah sementara untuk KoKi yaitu sebuah blog, rumah kecil yang menyenangkan. Zev bekerja tak kenal lelah walaupun banyak jalan menghadang.

Cobaan belum berhenti saat memasuki bulan suci Ramadha 2009 Dadi sang suami mengalami penyempitan syaraf di pangkal leher , mereka mengahadapi cobaan ini bersama-sama.
Saat bulan Ramadhan tiba Dadi merasa cemas ketika suatu kali Zev mengeluhkan perutnya yang agak membesar. Dia menyarankan Zev untuk memeriksakan ke dokter.
Ternyata.. dokter mendiagnosis Zev menderita kanker indung telur ( ovarium ) stadium 3. Zev merasa dunia berhenti berputar, ia tak percaya karena setiap tahun ia rutin melakuka check-up dan hasilnya selalu baik… tapi…kanker ovarium yang dikenal dengan julukan “Silent Killer” ternyata bersarang di tubuhnya.
Zev berniat meyimpan penderitaannya hanya diketahui suami tak ingin diketahui anak-anaknya agar mereka tak terbebani. Zev memutuskan tidak menempuh jalan medis tapi memilih pengobatan alternatif. Zev tetap mengurus KoKi tetap menulis dan tetap menyapa KoKiers, juga tetap menjalankan ibadah puasa. Tapi dia tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang layu. Sel-sel kanker ganas tengah menggerogoti fisiknya.

Tahun 2010 impian Zev terwujud KoKi akhirnya live di Detik.Com. Di kantor Detik dia membahas semua persoalan dengan semangat, banyak tertawa dan percaya diri, tapi begitu ke luar kantor fisiknya langsung drop.
Tanda-tanda kesembuhan mulai menipis rupanya pengobatan alternatif tidak berhasil, tapi dia selalu beusaha bekerja di depan laptopnya . Akhirnya April 2010 Zev menjalani operasi. Hanya selang 3 hari setelah operasi Zev sudah mulai meminta laptopnya untuk menemui KoKiers dari ruag perawatan. Selama dirawat di RS Zev hanya ingin ditemui oleh suami dan anak-anaknya , dia tidak ingin merepotkan orang lain. Sebulan kemudian Zev menjalani operasi pengangkatan rahim. Pasca operasi Zev mengalami sesak nafas ternyata sel-sel kanker masih memproduksi cairan yang terus mendesak paru-parunya.
Minggu kedua bulam Mei Zev diperbolehkan pulang. Di rumah dilakukan pearwatan seperti di RS dengan segala peralatan medis dan dijaga perawat.

Rabu, 7 Juli 2010 jam 17.35 Zev dipanggil yang maha kuasa. Dia menghembuskan nafas terakhir didampingi purti bungsunya Sasyi (13th) sedang suaminya dalam perjalan pulang dari kantor.
Inalillahi wa innailaihi Raji’un....

..........................................................

Buku ini bercerita berdasarkan kisah nyata yang didedikasikan untuk Z oleh suaminya Dadi, menggambarkan ketangguhan dan idealisme seorang wanita pelopor C J yang merninggal karena kanker. Kini Dadi menjadi moderator KoKi yang kini bernama http://kolom-kita.com/. Tidak dapat dipungkiri karena yang menulis adalah seorang yang sangat dekat secara emosional maka faktor subjektifitas sangat terasa.
Buku ini dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu hari karena banyak paragraph yang saya lompati  :(

27 April 2012

TawaShow di Pesantren



Judul  :  TawaShow di Pesantren
Penulis/Penyusun : Akhmad Fikri AF
Tebal  :  110 hal.
Penerbit : LKiS Yogyakarta
My Rating :  3  of 5 stars




Buku yang mengisahkan kelucuan-kelucuan di pesantren; tentang  keseharian  para kiai dan santri  sebagai manusia biasa dan apa adanya, kadang penuh sindiran halus. Dikisahkan dengan menarik dan banyak mengundang senyum.


Segala sesuatu tergantung niatnya. Hadis ini mengandung nuansa lain di tangan Kiai Musthafa Bisri yang sangat produktif mengarang,hampir semua kitabnya merupakan 'kitab laris' hingga sekarang.
Suatu hari seorag kiai dari Tuban , yang juga pengarang yang cukup produktif datang. Beliau setengah mengeluh bahwa karya2nya tidak selaris kitab Kiai Bisri . "Padahal saya mengarang kitab ini benar-benar ikhlas, hanya karena Allah," kata kiai menjelaskan motivasinya.
Kiai Musthafa Bisri menimpali , " Kalau niatnya ikhlas, ya jangan mengeluh kalau kitab sampeyan tidak laku. Niat saya mengarang kitab itu memang untuk mencari uang. Jadi wajar to, kalau laris". (hal.87)


Kiai Bisri dan strategi Kiai Wahab. Meskipun sama-sama pemegang fiqih yang ketat kedua kiai ini berbeda strategi penerapannya,Kiai Wahab cenderung bergaris lunak sedangkan Kiai Bisri sebaliknya.
Suatu hari menjelang ied adha satu keluarga hendak berkurban satu ekor sapi ( dalam ketentuan fiqih 1 ekor sapi untuk 7 orang sedangkan 1 ekor kambing untuk 1 orang) jumlah keluarga ini 8 orang, padahal mereka ingin kelak di akhirat bisa satu kendaraan tidak berpencar, untuk itu mereka berkonsultasi dengan kia Bisri.
Kiai Bisri segera menjawab "tidak bisa". Orang itu menawar " Pak kiai, apakah tidak ada keringanan. Anak saya yang terakhir baru 3 bulan". Kiai Bisri tetap menjawab tidak bisa.
Merasa tidak puas orang itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahab. Pak Kiai dengan ringan menjawab, "Bisa. Sapi itu bisa digunakan untuk delapan orang. Cuma karena anakmu yang terakhir masih kecil, maka perlu ada tambahan." Orang itu tampak gembira, Kiai melanjutkan "Agar anakmu itu bisa naik ke punggung sapi,harus pakai tangga, jadi sameyan tambahkan seekor kambing agar anakmu bisa naik ke punggung sapi".. .. "Ah, kalau cuman seekor kambing saya sanggup menambah. Dua ekorpun sanggup asal kita bersama-samai, kiai."
Akhirnya pada hari kurban orang itu menyerahkan seekor sapi dan seekor kambing pada Kiai Wahab.





Buku yang menceritakan anekdot di pesantren ini  merupakan usaha untuk melihat  pesantren dari sisi yang berbeda.

17 April 2012

Humor Ala Yahudi







Judul  :  Humor Ala Yahudi
Penulis  : Ben Eliezer
tebal  : 126 hal.
Penerbit : kakatua Publishing House
My Rating : 3 of 5  Stars



Buku ini merupakan kumpulan lelucon dan anekdot kehidupan bangsa Yahudi yang mencakup soal politik ( kebanyakan tentang presiden Israel, Rusia dan Amerika Serikat), agama ( soal Musa, rabbi, pendeta ) usaha keluarga Yahudi dan kehidupan rumah tangga mereka  


 Beberapa dari anekdot  tersebut.  :


- Tertulis pada sebuah toko Yahudi : KREDIT HANYA BERLAKU BAGI YANG BERUMUR LIMAPULUH TAHUN KE ATAS, DAN HARUS DATANG DENGAN KAKEK MEREKA.


- Di depan pintu surga tergantung papan bertuliskan :"untuk para lelaki yahudi yang selama ini DIPERINTAH oleh istri mereka" di bawahnya terlihat barisan panjang yang tiada habisnya. dI sebelahnya tergantung papan bertuliskan :" untuk para lelaki Yahudi yang selama ini TIDAK DIPERINTAH istri mereka". Di bawah nya terlihat seorang lelaki. Rabbi menghampiri lelaki tsb.
"Mengapa kau berdiri di situ ?" tanya Rabbi
" Mana kutahu ?" kata lelaki itu sambil menoleh ke sana ke mari, "Aku disuruh istriku." 

-Ahh! seru seorang Yahudi  kepada temannya, "jika aku bertemu denganmua aku selalu teringat si Morrie !"
"tapi aku tak sama dengan dia ."jawab temannya.
"Oh ya, ya ! Anda berdua sama-sama berhutang padaku sepuluh dollar."


Walaupun hanya sekedar lelucon,  gambaran-gambaran tentang perilaku orang Yahudi bisa membuat kita tersenyum bahkan tertawa  ketika membacanya.

31 Maret 2012

Steve Jobs


Judul  :  Steve Jobs
Penulis  : Walter Isaacson
Penerjemah  : Word++Translation Service & Tim Bentang
Tebal : 742 hal.
Penerbit  : Bentang
 My  Rating : 5 of 5 Stars

Buku ini termasuk yang paling lama saya baca secara kontinyu ( ada juga yang dibaca lama karena tertunda atau ditunda dulu), walaupun diseling dengan membaca 1 buku tapi buku ini terus dibaca karena takut kehilangan sensasinya.
 Saya termasuk orang yang ‘gaptek’ tapi  membaca buku biografi  tentang seorang yang terlibat  dalam perkembangan teknologi dengan berbagai istilahnya ini tidak terasa membosankan. Jadi pertama-tama salut kepada penulisnya Walter Isaacson yang mampu menuliskan biografi seorang Steve Jobs yang berkarakter unik dalam sebuah buku sangat tebal tapi bisa menjaga tempo cerita,  walaupun berkisah dengan  waktu tidak berurut tapi tidak membingungkan dan peralihan  topik  lumayan mulus.

Steve Jobs mempunyai karakter kuat dan  temperamental (sempat terpikir  apakah orang dengan karakter demikian bisa diterima di sini ):  seorang hippie,  jarang mandi sehingga bau badannya sangat mengganggu, ke kantor dengan bertelanjang kaki; tertarik pada spiritual  dan pernah tinggal di India untuk mempelajari  Hindu dan Zen Budha; vegetarian sejak muda , diet ketat bahkan untuk waktu yang lama hanya makan wortel;  senang  membicarakan hal penting sambil berkeliling berjalan kaki; sangat memperhatikan detail, terobsesi dengan desain;   sering menjengkelkan orang disekitarnya, tapi selalu menemukan inovasi, memberikan ide yang sangat cemerlang dan melakukan hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin, walaupun sering berselisih pendapat dengan teman sekerja tapi mampu membangkitkan semangat mereka untuk melakukan pekerjaan yang diinginkannya.

Steve Jobs lahir di San Francisco pada tgl. 24 Februari 1955 dari seorang ibu bernama Joanne dan ayah seorang keturunan Suriah bernama Abdulfattah Jandali. Kemudian diadopsi oleh pasangan suami istri yang bernama  Paul Jobs dan Clara, oleh mereka lah ia diberi nama Steven Paul Jobs.

Paul Jobs mewariskan kepada Steve kecintaannya dalam bidang mesin dan melalui mobil memperkenalkannya pada ilmu elektronik. Steve Jobs sangat terkesan dengan keahlian ayahnya mendesain barang-barang yang dibuatnya, itulah mungkin yang menyebabkan Steve terobsesi dengan desain.  ( saking terobsesi dengan desain ketika  menderita sakit parah dia menolak memakai masker karena menganggap desainnya payah, akhirnya dia memilih satu dari 3 pilihan masker yang diajukan walaupun sambil  mengomel  karena desainnya jelek ). 
Steve dibesarkan di lingkungan yang unik dimana  semua penduduknya bahkan yang tidak pintar sekalipun, cenderung menjadi insinyur. Tempat ini kemudian akan dikenal  dengan nama Silicon Valley (julukan bagi daerah selatan area Teluk San Francisco karena banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bidang Komputer dan semikonduktor ).

Diantara teman dan sahabatnya  yang paling mengesankan ada nama Stephen Wozniak, Steve mengenalnya sejak masa SMA, walaupun dia lebih tua 5 tahun dari Steve mereka bisa berteman karena mempunyai hobi yang sama di bidang elektronik. Wozniak adalah penggemar berat elektronik yang sangat cerdas . Dua Steve inilah yang  mendirikan apple 1 di  garasi rumah orangtua Jobs di Los Angeles. Karakter keduanya sangat bebeda Wozniak orang yang sangat jujur dan lurus,  ketika dia menemukan papan sirkuit  yang luar biasa, dia ingin membagikannya secara gratis tapi Steve mencegahnya , Steve lah yang berhasil mengemas dan memasarkannya. Ketika kongsi mereka pecah keduanya tetap berteman dan Wozniak yang rendah hati  masih kerap  membantu Steve. Apabila Apple mengeluarkan produk baru maka Wozniak  sejak dini hari selalu ada dalam antrian  pembeli. Bahkan sampai produk terakhir Apple yang diluncurkan setelah Steve Jobs meninggal pun Wozniak tetap setia antre dari pagi untuk memperolehnya.

Salah satu keahlian Steve Jobs ialah mempengaruhi lawan bicaranya. Teman-temannya menyebut dengan istilah Distrorsi Realitas Lapangan .” DRL merupakan perpaduan mengagumkan dari gaya retorika  yang karismatik, kemauan yang tak terkalahkan, dan keinginan untuk mengubah fakta apapun agar sesuai dengan tujuan yang ada,” “ jika sebuah argumen yang dia gunakan tidak berhasil membujuk orang lain  maka dia akan sigap menggantinya dengan argumen lain. Terkadang dia akan membuatmu merasa kehilangan keseimbangan secara mendadak, menjadikan pendapatmu menjadi pendapatnya sendiri, tanpa pernah menyadari bahwa dia pernah memiliki pendapat yang berbeda.”(hl. 151)
Setelah sekian lama teman-temannya menyadari hal itu, maka ketika sedang rapat mereka membuat kesepakatan dengan membuat sinyal –menggaruk hidung atau menggerakkan telinga- ketika seseorang mulai merasa terjebak  dalam DRL Steve. Orang itu harus ditarik kembali ke dunia nyata.
Akar dari DRL Jobs adalah keyakinan mendalam yang dimilikinya. Jobs percaya bahwa aturan tidak berlaku bagi dirinya.

Aspek lain dari sudut pandang Jobs adalah caranya mengelompokkan sesuatu menjadi dua. Jobs  biasa mengelompokan orang lewat kaca mata oposisi biner :  jago atau bego. Karya orang dinilai sebagai : terbaik atau sampah. (jadi tidak berlaku seperti yang dinyanyikan Veti Vera  "Yang sedang2 saja )  :D.

Meskipun Steve penghuni dunia digital dia adalah pendukung kuat pertemuan tatap muka : “Kreativitas muncul dari pertemuan spontan, dari diskusi acak. Anda berjumpa seseorang, anda bertanya apa yang mereka kerjakan, anda berkata ‘wah’, dan tidak lama kemudian anda berdua membahas berbagai ide.
Mungkin keyakinan ini pulalah yang menyebabkan dia senang mengajak diskusi atau pengenalan terhadap lawan bicaranya dengan mengajaknya berjalan kaki mengelilingi kompleks perumahan/perkantoran.

Bagi Jobs  tanda perusahaann inovatif tidak saja selalu menjadi yang pertama memunculkan ide baru, tetapi juga tahu cara membuat lompatan ketika mendapati dirinya tertinggal.

Jobs menginginkan mengembangkan  produk hebat yang inovatif dan transformative, serta membangun perusahaan yang berumur panjang.

Jobs adalah manusia music, dia  penggemar the Beatles dan Bob Dylan yang fanatik.  

Jobs selain ahli dalam bidang teknologi  juga pencinta seni . Terbukti dia dapat menggabungkan seni dengan teknologi digital  yang dapat memproduksi film-film animasi yang dapat mengalahkan kepopuleran produk Walt Disney, semua dilakukannya di Pixar. Di Pixar Jobs dapat menuangkan ekspresi seninya dan suasana kerja di Pixar tidak setegang di kantor Jobs lainnya.

Selama hidupnya Jobs berhasil merevolusi enam industri : Komputer Pribadi, Film Animasi, Musik, Ponsel, Komputer Tablet, dan Penerbitan Digital.

Dia menciptakan dua brand terbaik pada eranya  Apple dan Pixar.


---------------------------------             -------------------------------

Walter  Issacson menulis biografi ini  setelah selama dua tahun mewawancarai Jobs lebih dari 40 kali, mewawancarai lebih dari 100 orang anggota keluarga, teman, sahabat, musuh,pesaing  dan kolega Jobs . Steve Jobs membebaskan Issacson untuk menuliskan semua tanpa ikut campur tangan jadi semua pendapat teman atau pesaing tentang kebaikan  dan kejelekan Jobs dituliskan apa adanya.

Issacson berhasil menampilkan dengan memukau mulai dari masa kecil, masa pencarian, kegagalan, keberhasilan sampai masa-masa sakit dan menjelang ajal. Emosi ikut terbawa membaca perjuangan Jobs melawan penyakit tanpa harus berubah menjadi menye-menye.



Pada suatu sore yang panas, saat merasa kurang sehat, Jobs duduk di taman belakang rumahnya dan membayangkan kematian….. (hal.690)

…setelah membisu dia berkata, ……., mungkin kematian seperti tombol on atau off,’..”Klik, dan akhirnya, engkau akan pergi untuk selamanya.” Dia terdiam lagi, dan senyumnya sedikit mengembang. “ Mungkin, itulah sebabnya aku tidak pernah meletakkan tombol on atau off pada peranti Apple.”

Selamat jalan Steve Jobs….!

Bagi yang belum baca,  Eulogy dari  Mona Simpson  ini mungkin bisa buat icip-icip:




17 Maret 2012

Morning Brew

Judul   :  Morning Brew
Penulis   :  Nina Addison
Tebal      :  224  hal.
Penerbit  :  Gramedia Pustaka Utama
My rating  :  3 of  4 stars

Malam itu  seperti biasanya Reney gembira  ketika  diajak dinner oleh Boy pacarnya, ketika kemudian Boy mengatakan bahwa dia mendapat beasiswa ke London kegembiraannnya bertambah, lalu dia mengira bahwa Boy akan melamarnya malam itu, tapi ..yang dinyatakan Boy selanjutnya membuat dia hampir pingsan... Boy memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan hampir 8 tahun…...Sesudah itu hampir 3 hari dia tidak masuk kerja terpuruk dalam kesedihan, untung ada Ivana dan Danny sahabat sekaligus teman kerjanya yang setia membangkitkan kembali semangatnya dan mengajak secepatnya kembali bekerja.

Morning Brew adalah nama sebuah kafé kecil yang ditata dengan apik  terletak di daerah perkantoran di Jakarta yang menyediakan kopi dan makanan-makanan kecil dengan harga terjangkau oleh para karyawan sekitar. Di sanalah Reney bekerja  bersama kedua orang temannya,Ivana adalah salah satu pemegang saham dan Tante Patra saudara Ivana adalah pemegang saham utama kafe tersebut.  Morning Brew bukan hanya sekedar tempat bekerja bagi mereka tapi mereka lah penentu roda bisnis nya. Morning Brew  sebagai tempat  untuk menunjukkan eksistensi diri dan juga pembelajaran hidup yang nyata bagi mereka bertiga. Reney, Ivana dan Danny bukan hanya sekedar rekan kerja tapi sebagai sahabat yang saling mengerti dan saling menguatkan.

Pada bagian awal sampai hampir pertengahan buku ini saya merasa ceritanya sangat biasa tentang percintaan dan pamer nama minuman dan makanan  seperti yang banyak ditemui dalam buku sejenis ini.  Tapi kemudian menemukan hal yang lain dari karakter pemerannya , selain itu  ada pesan-pesan yang menarik untuk disimak dan penyampaian cerita kemudian bergulir lebih lancar.

Susah bagi Reney untuk menghilangkan bayang-bayang Boy yang telah sekian tahun menjadi bagian hidupnya, dengan dorongan kedua sahabatnya  perlahan-lahan Reney mulai membuka diri, kemudian dia bertemu dengan Ari pria tampan yang menyenangkan dan akhirnya mereka mulai menjalin kasih . Tapi dia mulai meragukan untuk melanjutkan cintanya karena ada perilaku Ari yang dia anggap aneh apalagi setelah itu terjadi perselingkuhan. Dengan tegas Reney memutuskan untuk stop walaupun akan mengulangi trauma yang menakutkan.

  Rupanya Boy pun tidak dapat melupakan Reney ketika  pulang ke Indonesia dia melamar Reney serta  mengajak ikut ke London. Reney bimbang tapi ternyata masih ada cinta di hatinya, Reney menerima lamaran Boy.  Disaat menjelang keberangkatan ada  satu moment dimana Reney mengetahui bahwa ada sifat Boy yang tidak berubah yang memungkinkan akan menyulitkan  dikemudian hari. Reney kembali mengambil keputusan diluar dugaan,  menghentikan hubungan mereka, padahal  keberangkatan mereka berdua ke London tinggal menghitung hari.

  Setelah itu kepedihan kembali berulang, seperti yang pertama dulu 3 hari pula Reney berkurung di kamarnya dngan jiwa yang kosong, tapi tidak  seperti kejadian dulu kali ini Reney pulang ke rumahnya di Bogor, ternyata mama yang selama ini dia hindari karena selalu menanyakan pernikahan menunjukkan hal yang sebaliknya, penuh pengertian dan kata-kata sang mama banyak yang mencerahkan buat Reney.

.…kamu berani mengenali apa yang kamu rasakan dalam hatimu dan bertindak berdasarkan itu.  Mungkin kebanyakan orang akan bertindak sebaliknya karena itu yang lebih mudah untuk dilakukan.”

"Memang semua butuh waktu. Walaupun terkadang kita nggak akan jadi orang yang sama seperti dulu saat kita masih bersama orang itu. Cuma yang harus kalian ingat, jangan sekali -sekali menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain.

Suka juga dengan perumpamaan warung pempek yang diceritakan Reney kepada Boy untuk saling memaafkan dan melegakan perasaan mereka berdua.

Pada akhirnya Reney menemukan apa yang selama ini dicarinya pada seseorang yang telah lama dikenalnya, siapa dia ?

Tak perlu ada kesimpulan. Cukup ingat saja bahwa rumus cinta dan patah hati adalah rumus pasti dalam dunia percintaan. Namun jangan pernah patah semangat dan takut mendengarkan bisikan hati kecil karena dia takkan pernah menyesatkan perjalanan kita.


Hmmm…..






Novel ini termasuk jenis metro pop, dan setiap kali membaca novel jenis ini saya harus siap-siap menghadapi pandangan aneh dari orang sekitar, karena mungkin mereka pikir kok seumuran ini masih baca novel begini  ..:(,  tapi kadang saya menikmati melihat wajah yang penuh keheranan..   :))




29 Februari 2012

Hotel Majestic ( Peril at End House )



Judul   :  Hotel Majestic
Judul  Asli  :  Peril at End House
Penulis : Agatha Christie
Penerjemah : Suwarni  A.S., Ny.
Tebal  :  321  hal. 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
My Rating :  3  of   4 Stars

Agtha Christie

Hercule Poirot sang detektif terkenal merasa sudah waktunya untuk pensiun. Kini waktunya untuk bersenang-senang maka dia bersama sahabatnya Kapten Hastings berlibur  menginap di Hotel Majestic  yang terletak di  St Loo kota pantai yang sangat indah di daerah selatan Inggris.
Tapi ketika kecelakaan yang misterius terjadi di depan matanya, nalurinya bangkit untuk menggunakan kembali 'sel-sel kelabu'nya.

Nick Buckley gadis cantik  penghuni "End House" rumah tua  di dekat pantai, mengalami 3 kali kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Pertama hampir celaka karena  tanpa diketahui sebelumnya rem mobilnya rusak, kemudian batu besar nyaris menimpa kepalanya ketika dia lewat menuju rumahnya, dan yang ketiga sebutir peluru nyasar melubangi topi yang sedang dikenakan nya dan itu terjadi di dekat Poirot.
 End House adalah rumah kepunyaan kakek Nick  dan  dia adalah satu-satunya  pewaris ,  siapakah yang akan diuntungkan jika Nick meninggal ?, tetapi ketika ditelusuri harta yang ada tidak terlalu banyak bahkan rumah itupun sudah digadaikan. Poirot mulai mencari tahu siapakah Nick dan siapa saja teman atau orang yang berada disekitarnya. 
Untuk menjaga Nick dari segala kemungkinan, Poirot  menyuruh Nick mencari  orang yang dapat menemaninya , maka Nick mengundang sepupunya  Maggie  yang berada di luar kota untuk menemani. Namun ketika   Nick mengadakan pesta bersama teman-teman sambil melihat kembang api  di rumahnya, Maggie mati tertembak,  saat itu dia memakai syal hitam... kepunyaan Nick…
 Empat kali sudah Nick  nyaris terbunuh dan ini bukan yang terakhir karena ketika dalam pengawasan / perlindungan di Rumah sakit Nick mengalami keracunan setelah makan  coklat kiriman dari seseorang.
Kejadian-kejadian ini tentu menohok harga diri Poirot karena Nick sedang dalam pengawasannya.. 
Poirot menuliskan nama orang-orang yang ada di sekeliling Nick. Bila teorinya benar maka nama si pembunuh ada dalam daftar ini :

A.   Ellen;  pengurus rumah tangga
B.   Suami Ellen;   yang tukang kebun
C.   Anak mereka  baru berumur 10 tahun
D.   Mr. Croft, orang Australia  yang menyewa rumah di dekat End House
E.   Mrs. Croft  yang lumpuh
F.   Mrs. Rice;  sahabat Nick yang selalu kelihatan lesu, kemungkinan mendapat warisan kalau Nick 
                      meninggal 
G.   Mr. lazarus;  pengusaha pacar Mrs. Rice
H.   Komandan Chalenger;  teman Nick yang naksir Nick
I.   Mr. Charles Vyse;  sepupu Nick  juga naksir Nick dan kemungkinan mendapat warisan kalau Nick    
                meninggal 
J.    ? ;   mungkin ada orang lain yang tidak diketahui.

  Seperti biasa Poirot mulai menyusun dan merangkai kejadian-kejadian ini namun dia masih merasa ada satu bagian yang hilang .

Walaupun  kejadian-kejadian ini begitu ruwet  akhirnya  Poirot  meyakini apa yang telah ia temukan, maka dikumpulkan semua orang di End House . Dari skenario yang dirancang oleh Poirot  terbongkarlah kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Mr dan Mrs Croft yang ternyata  buronan polisi Australia, dan ternyata benar ada ( J ) orang lain selain ke 9 orang dekat Nick yaitu suami Mrs. Rice yang ikut memperkeruh suasana ,  tapi  di atas semua kejahatan -kejahatan yang  memusingkan ini   ternyata Poirot  telah  menemukan  ‘sesuatu’ yang hilang , Poirot telah berhasil menemukannya .. dan  sangat mengejutkan semua orang karena ternyata pelaku pembunuhan Maggie adalah………..!! ?? apakah nama si pelaku ada dalam daftar yang telah dibuat Poirot atau apakah  ada   ( J ) yang lain ..?

Bagi yang penasaran silakan membacanya sendiri, temukan sensasi yang ditimbulkan ketika membacanya..


Membaca  cerita  Agatha Christie sangat mengasyikan karena  kita dapat mengikuti cara bekerja dan  berpikir Poirot serasa ikut terlibat  merangkai  Puzzle dan ikut mencari  ‘the missing puzzle’ yang jadi kunci  jawaban.






14 Februari 2012

Gelang Giok Naga

 
 Judul     : Gelang Giok Naga
Penulis   : Leny Helena
Tebal     :  319  hal.
Penerbit : Qanita, Bandung
My rating  ;  4 of  5 stars


Buku ini sudah lama direkomendasikan oleh teman, ternyata kesempatan baru datang saat ini, tapi tidak terpengaruh dengan lamanya waktu karena buku ini bukan jenis buku yang gampang basi. Kebetulan buku ini saya baca disekitar Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh cocok sekali dengan kisahnya yang menceritakan tentang kehidupan etnis Tionghoa dari jaman kekaisaran di Cina sampai jaman reformasi di Indonesia.

Istimewa nya semua tokoh utama adalah wanita. Wanita-wanita yang menjadi fokus cerita adalah pemilik Gelang Giok Naga , ada pertalian darah diantara mereka walaupun dengan rentang waktu yang sangat jauh dan diperoleh dengan cara yang berbeda-beda. Mereka adalah wanita-wanita yang dapat mempertahankan dan mengisi hidupnya dengan keberanian, keuletan dan perjuangan pada masanya masing-masing.

Bermula dari Yang Kuei Fe seorang selir kesayangan Jia Shi salah seorang kaisar Cina pada masa dinasti Ching sekitar thn. 1723. Ketika sang kaisar terbunuh Yang Kuei Fei yang sedang hamil lari bersama salah seorang Kasim yang bernama Fu. Tidak lupa dia membawa beragam perhiasan termasuk sepasang gelang terbuat dari batu giok murni dengan hiasan naga emas.

Seiring waktu bergulir kira-kira awal abad 20 pengarang menceritakan dua orang wantita bernama A Sui dan A Lin,kehidupan mereka diceritakan secara begrantian dengan lancar dan tidak membuat bingung pembacanya.

A Sui dan A Lin berasal dari keluarga miskin. Pada thn . 1947 A Sui menyusul suaminya ke Batavia, sedangkan A Lin juga pergi ke Batavia karena dijual oleh ibunya , pada saat itu orang tua biasa menjual anaknya karena desakan ekonomi dan mengharapkan perbaikan kehidupan untuk anaknya tersebut.

A Lin ketika datang ke Batavia pada usia 9 thn. Dipekerjakan pada seorang nenek untuk mengurus babi, bahkan makan dan tidur pun di kandang babi. Ketia umur 15 th, dia dijual dan dijadikan nyai oleh seorang Belanda, kehidupannya secara ekonomi dan sosial berubah drastis sampai akhirnya si tuan pulang ke negeri Belanda. Dengan modal dari suaminya yang baru Alin berusaha sendiri dan berhasil meningkatkan perekonomian keluarganya bahkan menjadi rentenir dengan harta yang banyak.
Sedangkan A Sui bersama suaminya berhasil membina rumah tangga dengan baik. Akan tetapi sepeninggal suaminya dia jatuh miskin. A Sui berjuang demi kehidupan anak-anak biarpun miskin dia berusaha menyekolahkan anak-anaknya , untuk menyekolahkna anaknya dia menggadaikan harta warisan dari ibunya berupa sepasang gelang giok naga, dan gelang itu digadaikan kepada nyonya kaya yang tidak lain adalah A Lin.

Hubungan A Sui dan A LIn kurang baik , A Sui menganggap A Lin sebagai orang kaya yang sombong dan A Lin menganggap A Sui sebagai orang miskin yang sombong tidak mau menunjukkan rasa hormat kepadanya. Anehnya anak-anak mereka berteman baik , Anak sulung A Sui dan anak sulung A Lin akrab sejak kecil bahkan mereka membuat usaha bersama di daerah Glodok , usaha mereka maju dan berhasil mempunyai toko dan mobil. Yang paling tak terduga Sui Giok anak bungsu A Sui hamil oleh Bun Kun anak bungsu A Lin. Walaupun kedua orang tua tidak setuju tapi Bun Kun memaksa ibunya untuk melamar Sui Giok akhirnya mereka dinikahkan.

Pada tahun 1976 Sui Giok melahirkan, mereka tidak mau memberi anaknya dengan nama Cina karena takut jika anaknya besar nanti susah masuk sekolah dan mencari pekerjaan , anak itu diberi nama Swanlin gabungan dari A sui dan A Lin nama kedua neneknya.
Swanlin tumbuh menjadi gadis pemberani dan tidak sombong meskipun dia dari keluarga berada tidak segan dia menjadikan anak-anak kampung yang menjadi tetangganya sebagai teman sepermainan. Ketika menjadi mahasiswa sekitar thn. 1998 terjadi pergolakan di Indonesia banyak dari etnis Cina yang menjadi korban, Swanlin tidak gentar, dia menjadi salah satu aktifis mahasiswa yang membantu korban-korban kerusuhan .

Walaupun dengan jalan yang berliku akhirnya Swanlin disetujui menikah dengan seorang teman sesama aktifis, mahasiswa keturunan Batak bernama Ruli.
Pada hari pernikahan itulah kedua nenek yang kerap berseteru duduk berdampingan . Pada saat itu pulalah A Lin mengeluarkan sepasang gelang Giok Naga yang ternyata selama ini masih disimpannya, dengan persetujuan A Sui dia memberikan gelang itu kepada Swanlin.

Swanlin bersama Ruli suaminya sempat pergi ke negri Cina ke negri leluhur Swanlin, cerita selanjutnya bergulir dan berakhir.. diluar dugaan…...., di akhir cerita Gelang Giok Naga itu dapat dilihat di sebuah museum.

Gelang Giok naga yang melambangkan kekuatan dan kelembutan menjadi benang merah dalam kisah ini, tentang kekuatan dibalik kelembutan , tentang keberhasilan dibalik kerapuhan wanita
Pengarang berhasil menceritakan kisah tentang perkembangan adat budaya etnik Cina; dimulai dari cerita tentang batu giok, legenda naga, cinta dan intrik di jaman kekaisaran Cina , kehidupan mereka di Batavia pada masa penjajahan Belanda sampai kehidupan yang dialami pada masa reformasi di Indonesia dengan segala macam problem yang harus dihadapi, tapi pengarang sebagai seorang etnis Tionghoa pun tidak lupa melakukan otokritik terhadap kebiasaan mereka yang sukar untuk berbaur.

Seseorang pernah berkata, menjadi Cina di Indonesia sungguh susah, kau harus menunjukkan kalau kau lebih nasionalis dari pribumi asli.( Hal. 280)


Menarik untuk dibaca !

02 Februari 2012

Madre

Judul   : Madre
Penulis  : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal  : 162  hal.
My rating :  3 of 4 Stars



Ketika melihat tampilan covernya di GoodReads saya tertarik untuk membacanya, beruntung dapat kesempatan membaca gratis  :)

Nasib memang tidak dapat diperkirakan, itulah yang dialami Tansen ketika mendapat warisan dari seseorang yang tidak dikenal ( waktu kecil saya dan teman-teman suka menghayal mendapat warisan dari orang kaya :). Bingung begitulah yang dirasakan Tansen yang tinggal di Bali ketika dia harus berada di Jakarta di tengah tempat pemakaman orang Tionghoa. Ya.. Tansen seorang pemuda yang berkulit gelap dan berpenampilan urakan itu akan mendapat warisan dari orang yang hari itu dimakamkan  bernama Tan Sin Gie , Tansen tidak habis pikir apa hubungannya dengan yang meninggal ini. Kejanggalan mulai terkuak sedikit demi sedikt ketika oleh pengacara pak Tan dibawa ke sebuah bekas toko yang berupa bangunan tua berlantai dua di daerah Jakrta tua. Di sana dia disambut oleh Pak Hadi , seorang kakek berumur 80 an, dari pak Hadi inilah muncul cerita mengejutkan mengenai latar belakang dirinya.

Bagaimana rasanya ketika kita tiba-tiba berubah asal usul dalam sekejap . Tansen tiba-tiba saja mengetahui bahwa dalam dirinya mengalir darah Tionghoa yang berasal dari Tan Sin Gie yang ternyata adalah kakeknya. Kakek dan neneknya yang bernama Laksmi dulunya ternyata adalah pengusaha roti dan ia ingin mewariskan sesuatu kepada keturunan mereka satu-satunya yang masih hidup yaitu Tansen. Apakah yang diwariskannya?, ternyata bukan berupa harta atau benda mewah tetapi...Madre, apakah Madre itu ( harusnya ini merupakan kejutan, sayang saya tidak terkejut ketika mengetahui arti madre karena sudah membaca beberapa review buku ini  ). Madre adalah biang roti yang dibuat oleh Laksmi neneknya dan umur madre itu sudah lebih tua dari ibunya Tansen. Dari Madre ( dalam bahasa Spanyol artinya ibu ) inilah toko roti ini bisa membuat roti-roti yang enak, dan madre ini akan bertahan terus layaknya mahluk hidup bila dipelihara dengan baik..bagaimana bisa...? Pak Hadi dengan caranya menceritakan semua hal dari awal dengan lugas dan kadang mengejutkan Tansen.

Bagaimana akhir kisah antara  Tansen dan Madrenya, yang semula dia tolak mentah-mentah karena merasa tidak ada minat dan bakat dalam hal per-rotian. Bagaimana cerita dan perilaku pak Hadi yang bisa membuat bimbang Tansen untuk mengambil keputusan..bacalah bukunya  :)

Membaca cerita tentang seluk beluk roti ini sambil membayangkan harumnya roti-roti fresh buatan tangan-tangan ahli yang trampil, membuat saya membayangkan bentuk dan harumnya roti jaman dulu, teringat bitter ballen juga roti tawar waktu itu yang mempunyai lapisan kulit coklat tua dengan bentuk ‘seksi’ dan teringat aroma khas toko-toko roti jaman dulu di Bandung . Suka juga dengan tokoh pak Hadi orang tua yang masih cekatan, setia dan sangat mencintai pekerjaannya.. tipikal pekerja jaman dahulu.

Madre ini salah satu cerpen diantara kumpulan cerpen dan beberapa puisi di buku ini , memakan halaman yang banyak untuk sebuah cerpen, tapi idenya dengan roti- roti itu sangat  menarik.

Selain Madre yang lumayan bagus adalah cerpen ‘ Menunggu layang-layang’ kisah Che yang hidupnya serba teratur dan sahabatnya Starla yang hidup sepertinya tanpa aturan. Kisah yang panjang berliku dengan ending yang....

Sedangkan beberapa puisinya, saya baca sambil lalu karena tidak begitu menarik perhatian.


Bagi saya, ada yang beda buku Dee yang ini dengan buku Dee yang lain