27 April 2012

TawaShow di Pesantren



Judul  :  TawaShow di Pesantren
Penulis/Penyusun : Akhmad Fikri AF
Tebal  :  110 hal.
Penerbit : LKiS Yogyakarta
My Rating :  3  of 5 stars




Buku yang mengisahkan kelucuan-kelucuan di pesantren; tentang  keseharian  para kiai dan santri  sebagai manusia biasa dan apa adanya, kadang penuh sindiran halus. Dikisahkan dengan menarik dan banyak mengundang senyum.


Segala sesuatu tergantung niatnya. Hadis ini mengandung nuansa lain di tangan Kiai Musthafa Bisri yang sangat produktif mengarang,hampir semua kitabnya merupakan 'kitab laris' hingga sekarang.
Suatu hari seorag kiai dari Tuban , yang juga pengarang yang cukup produktif datang. Beliau setengah mengeluh bahwa karya2nya tidak selaris kitab Kiai Bisri . "Padahal saya mengarang kitab ini benar-benar ikhlas, hanya karena Allah," kata kiai menjelaskan motivasinya.
Kiai Musthafa Bisri menimpali , " Kalau niatnya ikhlas, ya jangan mengeluh kalau kitab sampeyan tidak laku. Niat saya mengarang kitab itu memang untuk mencari uang. Jadi wajar to, kalau laris". (hal.87)


Kiai Bisri dan strategi Kiai Wahab. Meskipun sama-sama pemegang fiqih yang ketat kedua kiai ini berbeda strategi penerapannya,Kiai Wahab cenderung bergaris lunak sedangkan Kiai Bisri sebaliknya.
Suatu hari menjelang ied adha satu keluarga hendak berkurban satu ekor sapi ( dalam ketentuan fiqih 1 ekor sapi untuk 7 orang sedangkan 1 ekor kambing untuk 1 orang) jumlah keluarga ini 8 orang, padahal mereka ingin kelak di akhirat bisa satu kendaraan tidak berpencar, untuk itu mereka berkonsultasi dengan kia Bisri.
Kiai Bisri segera menjawab "tidak bisa". Orang itu menawar " Pak kiai, apakah tidak ada keringanan. Anak saya yang terakhir baru 3 bulan". Kiai Bisri tetap menjawab tidak bisa.
Merasa tidak puas orang itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahab. Pak Kiai dengan ringan menjawab, "Bisa. Sapi itu bisa digunakan untuk delapan orang. Cuma karena anakmu yang terakhir masih kecil, maka perlu ada tambahan." Orang itu tampak gembira, Kiai melanjutkan "Agar anakmu itu bisa naik ke punggung sapi,harus pakai tangga, jadi sameyan tambahkan seekor kambing agar anakmu bisa naik ke punggung sapi".. .. "Ah, kalau cuman seekor kambing saya sanggup menambah. Dua ekorpun sanggup asal kita bersama-samai, kiai."
Akhirnya pada hari kurban orang itu menyerahkan seekor sapi dan seekor kambing pada Kiai Wahab.





Buku yang menceritakan anekdot di pesantren ini  merupakan usaha untuk melihat  pesantren dari sisi yang berbeda.

2 komentar:

  1. info: ada diskon buku, katalog bisa di download disini:http://tokoafandi.com/index.php?route=information/information&information_id=10

    BalasHapus