17 Maret 2012

Morning Brew

Judul   :  Morning Brew
Penulis   :  Nina Addison
Tebal      :  224  hal.
Penerbit  :  Gramedia Pustaka Utama
My rating  :  3 of  4 stars

Malam itu  seperti biasanya Reney gembira  ketika  diajak dinner oleh Boy pacarnya, ketika kemudian Boy mengatakan bahwa dia mendapat beasiswa ke London kegembiraannnya bertambah, lalu dia mengira bahwa Boy akan melamarnya malam itu, tapi ..yang dinyatakan Boy selanjutnya membuat dia hampir pingsan... Boy memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan hampir 8 tahun…...Sesudah itu hampir 3 hari dia tidak masuk kerja terpuruk dalam kesedihan, untung ada Ivana dan Danny sahabat sekaligus teman kerjanya yang setia membangkitkan kembali semangatnya dan mengajak secepatnya kembali bekerja.

Morning Brew adalah nama sebuah kafé kecil yang ditata dengan apik  terletak di daerah perkantoran di Jakarta yang menyediakan kopi dan makanan-makanan kecil dengan harga terjangkau oleh para karyawan sekitar. Di sanalah Reney bekerja  bersama kedua orang temannya,Ivana adalah salah satu pemegang saham dan Tante Patra saudara Ivana adalah pemegang saham utama kafe tersebut.  Morning Brew bukan hanya sekedar tempat bekerja bagi mereka tapi mereka lah penentu roda bisnis nya. Morning Brew  sebagai tempat  untuk menunjukkan eksistensi diri dan juga pembelajaran hidup yang nyata bagi mereka bertiga. Reney, Ivana dan Danny bukan hanya sekedar rekan kerja tapi sebagai sahabat yang saling mengerti dan saling menguatkan.

Pada bagian awal sampai hampir pertengahan buku ini saya merasa ceritanya sangat biasa tentang percintaan dan pamer nama minuman dan makanan  seperti yang banyak ditemui dalam buku sejenis ini.  Tapi kemudian menemukan hal yang lain dari karakter pemerannya , selain itu  ada pesan-pesan yang menarik untuk disimak dan penyampaian cerita kemudian bergulir lebih lancar.

Susah bagi Reney untuk menghilangkan bayang-bayang Boy yang telah sekian tahun menjadi bagian hidupnya, dengan dorongan kedua sahabatnya  perlahan-lahan Reney mulai membuka diri, kemudian dia bertemu dengan Ari pria tampan yang menyenangkan dan akhirnya mereka mulai menjalin kasih . Tapi dia mulai meragukan untuk melanjutkan cintanya karena ada perilaku Ari yang dia anggap aneh apalagi setelah itu terjadi perselingkuhan. Dengan tegas Reney memutuskan untuk stop walaupun akan mengulangi trauma yang menakutkan.

  Rupanya Boy pun tidak dapat melupakan Reney ketika  pulang ke Indonesia dia melamar Reney serta  mengajak ikut ke London. Reney bimbang tapi ternyata masih ada cinta di hatinya, Reney menerima lamaran Boy.  Disaat menjelang keberangkatan ada  satu moment dimana Reney mengetahui bahwa ada sifat Boy yang tidak berubah yang memungkinkan akan menyulitkan  dikemudian hari. Reney kembali mengambil keputusan diluar dugaan,  menghentikan hubungan mereka, padahal  keberangkatan mereka berdua ke London tinggal menghitung hari.

  Setelah itu kepedihan kembali berulang, seperti yang pertama dulu 3 hari pula Reney berkurung di kamarnya dngan jiwa yang kosong, tapi tidak  seperti kejadian dulu kali ini Reney pulang ke rumahnya di Bogor, ternyata mama yang selama ini dia hindari karena selalu menanyakan pernikahan menunjukkan hal yang sebaliknya, penuh pengertian dan kata-kata sang mama banyak yang mencerahkan buat Reney.

.…kamu berani mengenali apa yang kamu rasakan dalam hatimu dan bertindak berdasarkan itu.  Mungkin kebanyakan orang akan bertindak sebaliknya karena itu yang lebih mudah untuk dilakukan.”

"Memang semua butuh waktu. Walaupun terkadang kita nggak akan jadi orang yang sama seperti dulu saat kita masih bersama orang itu. Cuma yang harus kalian ingat, jangan sekali -sekali menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain.

Suka juga dengan perumpamaan warung pempek yang diceritakan Reney kepada Boy untuk saling memaafkan dan melegakan perasaan mereka berdua.

Pada akhirnya Reney menemukan apa yang selama ini dicarinya pada seseorang yang telah lama dikenalnya, siapa dia ?

Tak perlu ada kesimpulan. Cukup ingat saja bahwa rumus cinta dan patah hati adalah rumus pasti dalam dunia percintaan. Namun jangan pernah patah semangat dan takut mendengarkan bisikan hati kecil karena dia takkan pernah menyesatkan perjalanan kita.


Hmmm…..






Novel ini termasuk jenis metro pop, dan setiap kali membaca novel jenis ini saya harus siap-siap menghadapi pandangan aneh dari orang sekitar, karena mungkin mereka pikir kok seumuran ini masih baca novel begini  ..:(,  tapi kadang saya menikmati melihat wajah yang penuh keheranan..   :))




Tidak ada komentar:

Posting Komentar