02 Februari 2012

Madre

Judul   : Madre
Penulis  : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal  : 162  hal.
My rating :  3 of 4 Stars



Ketika melihat tampilan covernya di GoodReads saya tertarik untuk membacanya, beruntung dapat kesempatan membaca gratis  :)

Nasib memang tidak dapat diperkirakan, itulah yang dialami Tansen ketika mendapat warisan dari seseorang yang tidak dikenal ( waktu kecil saya dan teman-teman suka menghayal mendapat warisan dari orang kaya :). Bingung begitulah yang dirasakan Tansen yang tinggal di Bali ketika dia harus berada di Jakarta di tengah tempat pemakaman orang Tionghoa. Ya.. Tansen seorang pemuda yang berkulit gelap dan berpenampilan urakan itu akan mendapat warisan dari orang yang hari itu dimakamkan  bernama Tan Sin Gie , Tansen tidak habis pikir apa hubungannya dengan yang meninggal ini. Kejanggalan mulai terkuak sedikit demi sedikt ketika oleh pengacara pak Tan dibawa ke sebuah bekas toko yang berupa bangunan tua berlantai dua di daerah Jakrta tua. Di sana dia disambut oleh Pak Hadi , seorang kakek berumur 80 an, dari pak Hadi inilah muncul cerita mengejutkan mengenai latar belakang dirinya.

Bagaimana rasanya ketika kita tiba-tiba berubah asal usul dalam sekejap . Tansen tiba-tiba saja mengetahui bahwa dalam dirinya mengalir darah Tionghoa yang berasal dari Tan Sin Gie yang ternyata adalah kakeknya. Kakek dan neneknya yang bernama Laksmi dulunya ternyata adalah pengusaha roti dan ia ingin mewariskan sesuatu kepada keturunan mereka satu-satunya yang masih hidup yaitu Tansen. Apakah yang diwariskannya?, ternyata bukan berupa harta atau benda mewah tetapi...Madre, apakah Madre itu ( harusnya ini merupakan kejutan, sayang saya tidak terkejut ketika mengetahui arti madre karena sudah membaca beberapa review buku ini  ). Madre adalah biang roti yang dibuat oleh Laksmi neneknya dan umur madre itu sudah lebih tua dari ibunya Tansen. Dari Madre ( dalam bahasa Spanyol artinya ibu ) inilah toko roti ini bisa membuat roti-roti yang enak, dan madre ini akan bertahan terus layaknya mahluk hidup bila dipelihara dengan baik..bagaimana bisa...? Pak Hadi dengan caranya menceritakan semua hal dari awal dengan lugas dan kadang mengejutkan Tansen.

Bagaimana akhir kisah antara  Tansen dan Madrenya, yang semula dia tolak mentah-mentah karena merasa tidak ada minat dan bakat dalam hal per-rotian. Bagaimana cerita dan perilaku pak Hadi yang bisa membuat bimbang Tansen untuk mengambil keputusan..bacalah bukunya  :)

Membaca cerita tentang seluk beluk roti ini sambil membayangkan harumnya roti-roti fresh buatan tangan-tangan ahli yang trampil, membuat saya membayangkan bentuk dan harumnya roti jaman dulu, teringat bitter ballen juga roti tawar waktu itu yang mempunyai lapisan kulit coklat tua dengan bentuk ‘seksi’ dan teringat aroma khas toko-toko roti jaman dulu di Bandung . Suka juga dengan tokoh pak Hadi orang tua yang masih cekatan, setia dan sangat mencintai pekerjaannya.. tipikal pekerja jaman dahulu.

Madre ini salah satu cerpen diantara kumpulan cerpen dan beberapa puisi di buku ini , memakan halaman yang banyak untuk sebuah cerpen, tapi idenya dengan roti- roti itu sangat  menarik.

Selain Madre yang lumayan bagus adalah cerpen ‘ Menunggu layang-layang’ kisah Che yang hidupnya serba teratur dan sahabatnya Starla yang hidup sepertinya tanpa aturan. Kisah yang panjang berliku dengan ending yang....

Sedangkan beberapa puisinya, saya baca sambil lalu karena tidak begitu menarik perhatian.


Bagi saya, ada yang beda buku Dee yang ini dengan buku Dee yang lain

6 komentar:

  1. Beda cara bercerita dan mengakhiri ceritanya :)

    BalasHapus
  2. Ah.. aku juga suka sama Pak Hadi. Tokoh favoritku di buku itu.. :))

    BalasHapus
  3. Madre sosok "ibu" yan membuat hidup Tansen berubah semakin bermakna,. :D.. salam kenal.

    BalasHapus