Judul : Islam & Hak-Hak Reproduksi Perempuan
Dialog Fiqih Pemberdayaan
Penulis : Masdar F. Mas'udi
Tebal : 224 hal.
Penerbit : Mizan
My rating: 4 of 5 Stars
Buku yang memuat pembahasan yang sangat menarik tentang hak-hak reproduksi dalam Islam yang mungkin selama ini jarang dibicarakan, dibahas dari sudut pandang yang lain dari yang selama ini diterima oleh orang awam.
Disajikan dengan gaya bahasa yang
tergolong mudah dimengerti karena metode cerita dialog berupa obrolan
ringan yang tidak kaku antara Maisarah seorang santriwati senior dengan
seorang ibu Nyai Nafisah ( istri pengasuh pondok pesantren) yang
digambarkan bukan hanya sebagai pendamping suami tapi sebagai sumber
pengetahuan tapi tidak bersikap sebagai 'orang yang paling tahu' dan
'paling benar'
Secara kodrati perempuan mengemban fungsi reproduksi umat manusia yang utamanya meliputi mengandung, melahirkan, dan menyusui anak. Dalam AlQuran fungsi kemanusiaan ini sangat dihormati ( Qs 46:15, 31:4 ). Bahkan dalam hadits Nabi disebutkan ibu.. ibu.. ibu. lah yang harus dihormati lebih dahulu dibanding ayah.
Banyak hal yang selama ini dianggap telah selesai ternyata harus
dipertanyakan kembali khususnya dalam konteks hubungan keluarga antara
istri dan suami yang tidak terlepas dari perubahan sifat dan bentuk
kehidupan baik perorangan atau masyarakat. Dalam hubungan keluarga
bukan berarti siapa mendominasi siapa justru untuk menghilangkan
dominasi karena dalam dominasi ada pengangkangan hak dan penghilangan
eksistensi. Dengan kata lain sasaran hubungan ini adalah hubungan yang
berkeadilan. Keadilan di sini adalah keadilan seperti dirumuskan oleh
Nabi Muhammad SAW yaitu terpenuhinya hak bagi yang memilikinya secara
sah dari sisi lain tentunya pemenuhan kewajiban. Keadilan dalam hubungan
suami istri perlu landasan yang lebih kokoh yaitu cinta kasih.Jadi maqam yang tertinggi dari hubungan suami istri adalah hubungan berkeadilan yang dilandasi cinta kasih..
Beberapa dialog menarik tentang kedudukan seorang istri ( Ibu ) :
* Yang jadi pertanyaan adalah : kalau derajat seorang ibu di mata anak bisa tiga kali lipat dibanding ayah, mengapa dihadapan suami serndiri, derajat ibu (istri) bisa terpuruk dibawahnya ? dan ..rendahnya derajat seorang ibu ( istri ) dihadapan ayah ( suami ) ini bukan saja didukung oleh pandangan budaya tapi juga (tafsir) agama.
* "Pertanyaan saya, bagaimana pandangan Islam tentang makhluk perempuan, apakah perempuan itu manusia seutuhnya atau setengah manusia ?"
"Pertanyaanmu mengagetkan, memangnya kenapa ?"
"Masalahnya, bukankah di masyarakat kita masih saja terdengar omongan agar manusia (baca :lelaki) mewaspadai tiga godaan besar : harta , takhta, dan wanita. Pandangan seperti ini, masih dulang-ulang bahkan oleh para pemuka masyarakat, jelas menunjukkan pandangan yang tidak memanusiakan perempuan .
Banyak lagi dialog yang dibahas secara komprehensif yang mencerahkan baik dari segi penafsiran maupun tema nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar