Judul : Pasung Jiwa
Penulis : Okky Madasari
Jumlah hal.: 321 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020322209
Rating : 4 of 5 Stars
Buku ini bercerita tentang berbagai isu sosial, ekonomi,politik dan kekuasaan di masyarakat, terutama tentang pencarian kebebasan jati diri seorang manusia.
"Dalam pikiranku ini, sudah ada tempelan-tempelan bagaimana seharusnya hidup yang benar, yang sama kayak hidup banyak orang," jelasnya. "Pikiran yang cuma tempelan ini lalu jadi penjajah tubuhku sendiri." (hal. 138 )
Sasana (Sasa ) dan Jaka Wani ( bang Jek ) dua orang yang menjadi tokoh dalam cerita ini. Dua orang dari latar belakang yang berbeda dipertemukan dan dipisahkan dalam peristiwa dan suasana yang berbeda pula.
Sasana lahir dari keluarga berpendidikan, ibunya seorang dokter bedah dan ayahnya seorang pengacara. Sejak kecil dia sudah diharuskan belajar musik jazz sehingga sampai kelas 4 dia kerap menjuarai perlombaan musik. Perkenalan yang tanpa disengaja dengan musik dangdut yang disertai goyangan membuatnya menyadari bahwa musik ini cocok dengan jiwanya. Tentu saja orangtua nya tidak mengijinkan bahkan memarahi dan menyetop akses dia untuk mendengarkan musik dangdut.
Pengalaman dibully semasa SMA dan tekanan dari orang yang 'berkuasa' terhadap ayahnya membuat Sasana semakin tidak berdaya dan pasrah dengan keadaan. Ketika melanjutkan kuliah di Malang lalu pertemuan dengan bang Jek di warung kopi Cak Man terjadilah perubahan hidup dari Sasana, dia meninggalkan bangku kuliah dan memilih menjadi seorang penyanyi dangdut, walaupun harus berjuang untuk hidup dia merasa menemukan kebebasan yang selama ini dia inginkan.. Tapi hidup tidak selamanya menyenangkan, ketika mereka memperjuangkan nasib anak cak Man yang hilang, mereka harus berbenturan dengan aparat negara, kehidupan mereka hancur dan Sasana harus berpisah dengan bang Jek dan teman-teman dalam peristiwa yang sungguh tidak mengenakan. Banyak peristiwa yang harus dilalui oleh Sasana setelah itu, pertemuan kembali dengan keluarga , lantas kejadian di rumah sakit jiwa dan hubungan dengan ibunya yang terasa lebih akrab. Walaupun terpisah baik Sasana maupun bang Jek masih selalu mengenang pertemuan dan pertemanan mereka di masa lalu, dalam hati mereka saling mendoakan...tapi apa yang terjadi ketika mereka bertemu dalam suatu peristiwa yang mencekam...sungguh di luar dugaan Sasana. Bagaimana kemudian hubungan mereka setelah peristiwa mengejutkan tersebut ?adakah usaha-usaha untuk bergabung kembali?
Seperti biasa Okky bercerita dengan gaya bertutur yang lugas tapi menarik, POV dari dua orang; Sasana dan bang Jek secara bergantian berjalan mulus dan tidak membingungkan. Judul buku sangat sesuai dengan isi cerita.
Epilognya bisa membuat pembacanya ikut lega, tapi bagi saya terasa agak sedikit dipaksakan untuk menyenangkan pembaca?...entahlah.
Buku ini karya Okky Madasari yang ke 3 yang saya baca, dan saya tetap...menyukainya.
Penulis : Okky Madasari
Jumlah hal.: 321 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020322209
Rating : 4 of 5 Stars
Buku ini bercerita tentang berbagai isu sosial, ekonomi,politik dan kekuasaan di masyarakat, terutama tentang pencarian kebebasan jati diri seorang manusia.
"Dalam pikiranku ini, sudah ada tempelan-tempelan bagaimana seharusnya hidup yang benar, yang sama kayak hidup banyak orang," jelasnya. "Pikiran yang cuma tempelan ini lalu jadi penjajah tubuhku sendiri." (hal. 138 )
Sasana (Sasa ) dan Jaka Wani ( bang Jek ) dua orang yang menjadi tokoh dalam cerita ini. Dua orang dari latar belakang yang berbeda dipertemukan dan dipisahkan dalam peristiwa dan suasana yang berbeda pula.
Sasana lahir dari keluarga berpendidikan, ibunya seorang dokter bedah dan ayahnya seorang pengacara. Sejak kecil dia sudah diharuskan belajar musik jazz sehingga sampai kelas 4 dia kerap menjuarai perlombaan musik. Perkenalan yang tanpa disengaja dengan musik dangdut yang disertai goyangan membuatnya menyadari bahwa musik ini cocok dengan jiwanya. Tentu saja orangtua nya tidak mengijinkan bahkan memarahi dan menyetop akses dia untuk mendengarkan musik dangdut.
Pengalaman dibully semasa SMA dan tekanan dari orang yang 'berkuasa' terhadap ayahnya membuat Sasana semakin tidak berdaya dan pasrah dengan keadaan. Ketika melanjutkan kuliah di Malang lalu pertemuan dengan bang Jek di warung kopi Cak Man terjadilah perubahan hidup dari Sasana, dia meninggalkan bangku kuliah dan memilih menjadi seorang penyanyi dangdut, walaupun harus berjuang untuk hidup dia merasa menemukan kebebasan yang selama ini dia inginkan.. Tapi hidup tidak selamanya menyenangkan, ketika mereka memperjuangkan nasib anak cak Man yang hilang, mereka harus berbenturan dengan aparat negara, kehidupan mereka hancur dan Sasana harus berpisah dengan bang Jek dan teman-teman dalam peristiwa yang sungguh tidak mengenakan. Banyak peristiwa yang harus dilalui oleh Sasana setelah itu, pertemuan kembali dengan keluarga , lantas kejadian di rumah sakit jiwa dan hubungan dengan ibunya yang terasa lebih akrab. Walaupun terpisah baik Sasana maupun bang Jek masih selalu mengenang pertemuan dan pertemanan mereka di masa lalu, dalam hati mereka saling mendoakan...tapi apa yang terjadi ketika mereka bertemu dalam suatu peristiwa yang mencekam...sungguh di luar dugaan Sasana. Bagaimana kemudian hubungan mereka setelah peristiwa mengejutkan tersebut ?adakah usaha-usaha untuk bergabung kembali?
tentang Okky Madasari |
Seperti biasa Okky bercerita dengan gaya bertutur yang lugas tapi menarik, POV dari dua orang; Sasana dan bang Jek secara bergantian berjalan mulus dan tidak membingungkan. Judul buku sangat sesuai dengan isi cerita.
Epilognya bisa membuat pembacanya ikut lega, tapi bagi saya terasa agak sedikit dipaksakan untuk menyenangkan pembaca?...entahlah.
Buku ini karya Okky Madasari yang ke 3 yang saya baca, dan saya tetap...menyukainya.