17 Mei 2011

GITANJALI : Kidung Persembahan

Judul  : Gitanjali : Kidung Persembahan
Penulis :Rabindranath Tagore
Penerjemah : Saut  Pasaribu

Tebal : 264 hal.
Penerbit : Fajar Pustaka Baru
My rating : 4 0f 5 Stars


 Rabindranath Tagore menulis buku ini dengan sangat indah, sebagai sebuah karya sastra yang sangat puitis dengan imaginasi dan makna filosofis yang sangat dalam. Karya sastra yang berbentuk puisi /prosa lirycs ini terbagi dalam 4 bagian yaitu :
- Gitanjali ( Kidung Persembahan ); Pencarian dan pujian kepada yang Maha Pencipta
- Musim Panen; Sekuel lanjutan dari Gitanjali, keduanya merupakan syair2 liris yang ritmis mengisahkan tentang kedalaman makna-makna benda dan arti kehidupan
- Bulan Sabit; Kumpulan puisi tentang ank-anak dan dunia anak-anak.
- Burung-Burung Liar; merupakan rekaman-rekaman percikan pemikiran Rabindranath Tagore dalam bentuk aforisma dalam bentuk ungkapan-ungkapan pendek yang tajam.

Gitanjali :
- Aku merasa perjalanku telah berakhir pada batas kekuatanku yang penghabisan.
Jalan setapak dihadapanku telah tertutup, perbekalanku telah habis dan sudah saatnya berlindung di balik kegelapan yang sunyi.
Tetapi kudapati bahwa kehendakmu tak kenal berakhir untukku. Dan ketika kata-kata lama hilang lenyap dari lidahku, melodi-melodi baru tiba-tiba bersorak dalam hatiku; dan ketika jeja-jejak lama terhapus, negeri baru disingkapkan bersama keajaiban-keajaibannya.-

Musim Panen :
- Izinkan aku untuk tidak berdoa agar dilindungi dari marabahaya,
melainkan untuk tidak takut menghadapinya.
Izinkan aku untuk tidak memohon agar disembuhkan dari kepedihan, melainkan agar hatiku mampu mengatasinya.
Biarlah aku tidak mencari sekutu di medan tempur kehidupan, tetapi hanya mengandalkan kekuatanku sendiri.
Biarlah aku tidak memohon dalam ketakutan yang gelisah agar diselamatkan, tetapi berharap memiliki kesabaran untuk memenangkan kebebasanku.
Pastikan bahwa aku tidak akan menjadi pengecut, yang menerima belas-kasihanmu dalam kesuksesanku; dan biarlah aku merasakan genggaman erat tanganmu dalam kegagalanku. -


L
ewat untaian kata-kata yang indah dari Tagore, benda-benda 'biasa' yang tiap hari kita jumpai hadir bukan hanya dengan keindahan yang menawan, tetapi juga bermakna dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar