Tebal : 336 hal.
Penerbit : Pustaka sastra. LKiS
My Rating : 3 of 5 Stars
Lajja (dalam bahasa Bangladesh berarti malu) ,adalah novel fiksi yang bersumber dari fakta tentang 13 hari kehidupan keluarga Sudhamoy di Bangladesh yang penuh teror dan ketakutan
Penerbit : Pustaka sastra. LKiS
My Rating : 3 of 5 Stars
Lajja (dalam bahasa Bangladesh berarti malu) ,adalah novel fiksi yang bersumber dari fakta tentang 13 hari kehidupan keluarga Sudhamoy di Bangladesh yang penuh teror dan ketakutan
.
Bangladesh adalah Negara pecahan dari
Pakistan, tepatnya di Pakistan sebelah timur. Bangladesh berdiri pada th. 1971 mayoritas rakyatnya
beragama Islam dan agama Hindu sebagai
minoritas. Pada awalnya perbedaan ini tidak menjadi masalah karena mereka sama-sama berjuang untuk
kemerdekaan. Tapi ketika thn 1977 UUD
Bangladesh diubah dengan mencantumkan
Islam sebagai agama resmi, maka keadaan berubah kedamaian tidak
dirasakan lagi
Adalah
mesjid Babri di Ayodya India yang menjadi pangkal mulanya. Mesjid ini didirikan
pada abad 16 oleh Mughal I Babur dengan menghancurkan bentuk asalnya yaitu
sebuah kuil. Pada tanggal 6 Desember
1992 terjadi pembakaran mesjid Babri ini
oleh umat Hindu. Umat Islam
membalasnya, terjadilah balas membalas. Umat Islam di Bangladesh
melakukan pembalasan kepada umat Hindu yang ada di Bangladesh. Harta benda mereka dirampas, rumah ibadah Hindu
dihancurkan dan perempuan-perempuannya diperkosa. Hal ini terjadi juga pada Sudhamoy beserta istrinya Kironmoye dan dua anaknya Suranjan dan Maya.. Sudhamoy adalah seorang intelektual (dokter) beragama Hindu yang sangat
nasionalis yang turut memperjuangkan kemerdekaan Bangladesh. . Pada awalnya dia tidak percaya perlakuan itu
akan dialaminya, sampai akhirnya keluarga itu mendapat terror dan putrinya
Maya diculik dan diperkosa oleh para penjarah.. Akhirnya mereka ‘harus’ meninggalkan negri tercinta.
Terjadi kekacauan dan teror yang mengerikan sehingga umat Hindu banyak yang berimigrasi ke India dan Srilangka karena sudah merasa tidak aman di negaranya sendiri.
Terjadi kekacauan dan teror yang mengerikan sehingga umat Hindu banyak yang berimigrasi ke India dan Srilangka karena sudah merasa tidak aman di negaranya sendiri.
Taslima
Nasrin bercerita dengan data yang detail sehingga seperti membaca sebuah berita
dari koran dan agak mengerikan membaca kejadian-kejadiannya, sehingga mungkin
inilah yang membuat beberapa pembaca muslim tersinggung. Bahkan Taslima Nasrin sebagai penulis cerita dianggap penghianat oleh pemerintah Bangladesh sehingga harus lari dan minta suaka ke negara lain.
Akan tetapi bila dicermati hal ini sebetulnya bisa ditujukan buat pemeluk agama apapun yang fanatik berlebihan sehingga menghalalkan segala cara bahkan melanggar ajaran agamanya sendiri.
Akan tetapi bila dicermati hal ini sebetulnya bisa ditujukan buat pemeluk agama apapun yang fanatik berlebihan sehingga menghalalkan segala cara bahkan melanggar ajaran agamanya sendiri.
Membaca buku ini bagiku memberikan pembelajaran bagaimana agar kita sebagai manusia beragama dapat berempati kepada kaum minoritas. Hal-hal yang dianggap biasa selama ini,- contoh kecil adalah pelajaran agama di sekolah 'negri' ( cerita di sini sama dengan pengalaman ku duluu) dimana anak yang beragama 'lain' boleh memilih diam di kelas atau ke luar ( tapi untuk mendapat ranking di kelas nilai ini ikut dihitung jadi merugikan anak tsb.)- ternyata menurut Taslima hal demikian amat menyakitkan bagi yang mengalaminya, Apakah demikian juga dengan teman ku dulu ?
Jadi sebenarnya judul buku -Lajja ( malu ) - ini ditujukan kepada siapa ? Mungkin Tasalima Nasrin malu karena kejadian seperti ini terjadi di negaranya atau yang seharusnya paling malu adalah pemerintah Bangladesh yang tidak dapat memberikan perlindungan kepada warganya.
Kejadian-kejadian seperti yang ditulis Tasalima Nasrin dapat terjadi dimanapun dengan agama apapun apabila pemeluknya bersikap fanatik berlebihan sehingga dapat menimbulkan pertumpahan darah dan mengorbankan rasa kemanusiaan .
Di sampul akhir nya Taslima Nasrin menuliskna :
"Biarlah agama berganti nama menjadi Kemanusiaan"
Tak ada salahnya jika mengutip kata-kata K.H. Mustafa Bisri :
"Setiap semangat beragama harus diikuti oleh semangat
memperdalam pengetahuan agama,karena kalau lebih besar semangat daripada
pemahaman tentang agama malah akan menimbulkan masalah seperti yang selama ini
sering terjadi di sekitar kita."
Wallahu'alam
Wallahu'alam
setuju sama kata-kata Pak Kiai Mustafa Bisri
BalasHapustoss sama Helvry :)
BalasHapus