05 Agustus 2011

Lajja


Judul  :  Lajja
Penulis : ,
Penerjemah :  ,  
Tebal     :  336 hal.
Penerbit :  Pustaka sastra. LKiS
My Rating : 3 of 5 Stars


Lajja  (dalam bahasa Bangladesh berarti malu)  ,adalah novel fiksi yang bersumber dari fakta  tentang 13 hari kehidupan keluarga Sudhamoy  di Bangladesh yang penuh teror dan ketakutan
.
 Bangladesh adalah Negara pecahan dari Pakistan, tepatnya di Pakistan sebelah timur. Bangladesh  berdiri pada th. 1971 mayoritas rakyatnya beragama Islam dan agama Hindu sebagai minoritas. Pada awalnya perbedaan ini tidak menjadi masalah  karena mereka sama-sama berjuang untuk kemerdekaan.  Tapi ketika thn 1977 UUD Bangladesh diubah dengan mencantumkan  Islam sebagai agama resmi, maka keadaan berubah kedamaian tidak dirasakan lagi

Adalah mesjid Babri di Ayodya India yang menjadi pangkal mulanya. Mesjid ini didirikan pada abad 16 oleh Mughal I Babur dengan menghancurkan bentuk asalnya yaitu sebuah kuil. Pada tanggal  6 Desember 1992  terjadi pembakaran mesjid Babri ini oleh umat Hindu.   Umat Islam membalasnya, terjadilah balas membalas. Umat Islam di Bangladesh melakukan pembalasan kepada umat Hindu yang ada di Bangladesh.  Harta benda mereka dirampas, rumah ibadah Hindu dihancurkan dan perempuan-perempuannya diperkosa.  Hal ini terjadi juga pada  Sudhamoy beserta istrinya Kironmoye dan dua anaknya Suranjan dan Maya.. Sudhamoy adalah seorang intelektual (dokter) beragama Hindu yang sangat nasionalis yang turut memperjuangkan kemerdekaan Bangladesh. .  Pada awalnya dia tidak percaya perlakuan itu akan dialaminya, sampai akhirnya keluarga itu mendapat terror dan  putrinya  Maya diculik dan diperkosa oleh para penjarah..  Akhirnya mereka ‘harus’ meninggalkan  negri tercinta.
Terjadi  kekacauan dan teror yang mengerikan sehingga umat Hindu banyak yang berimigrasi ke India dan Srilangka karena sudah merasa tidak aman di negaranya sendiri.

Taslima Nasrin bercerita dengan data yang detail sehingga seperti membaca sebuah berita dari koran dan agak mengerikan membaca kejadian-kejadiannya, sehingga mungkin inilah yang membuat beberapa pembaca muslim tersinggung. Bahkan Taslima Nasrin sebagai penulis cerita dianggap penghianat oleh pemerintah Bangladesh sehingga harus lari dan minta suaka ke negara lain.
Akan  tetapi  bila dicermati hal ini sebetulnya bisa ditujukan buat pemeluk agama apapun yang fanatik berlebihan sehingga menghalalkan segala cara bahkan melanggar ajaran agamanya sendiri.

Membaca buku ini bagiku memberikan pembelajaran bagaimana agar kita sebagai manusia beragama dapat berempati kepada kaum minoritas. Hal-hal yang dianggap biasa selama ini,- contoh kecil adalah pelajaran agama di sekolah 'negri' ( cerita di sini sama dengan pengalaman ku duluu) dimana anak yang beragama 'lain' boleh memilih diam di kelas atau ke luar ( tapi untuk  mendapat ranking di kelas nilai ini ikut dihitung jadi merugikan anak tsb.)- ternyata menurut Taslima hal demikian amat menyakitkan bagi yang mengalaminya, Apakah demikian juga dengan teman ku dulu ?

Jadi sebenarnya judul buku -Lajja ( malu ) - ini ditujukan kepada siapa ? Mungkin Tasalima Nasrin malu karena  kejadian seperti ini terjadi di negaranya atau  yang seharusnya paling malu adalah pemerintah Bangladesh yang tidak dapat memberikan perlindungan kepada warganya.


Kejadian-kejadian seperti yang ditulis Tasalima Nasrin dapat terjadi dimanapun dengan agama apapun apabila pemeluknya bersikap fanatik berlebihan sehingga dapat menimbulkan pertumpahan darah dan mengorbankan rasa kemanusiaan .


Di sampul akhir nya Taslima Nasrin menuliskna :
"Biarlah agama berganti nama menjadi Kemanusiaan"


Tak ada salahnya jika  mengutip kata-kata K.H. Mustafa Bisri : 
"Setiap semangat beragama harus diikuti oleh semangat memperdalam pengetahuan agama,karena kalau lebih besar semangat daripada pemahaman tentang agama malah akan menimbulkan masalah seperti yang selama ini sering terjadi di sekitar kita." 

Wallahu'alam

2 komentar: