19 Desember 2014

The Journeys

Judul         : The Journeys
Penulis      : Adhitya Mulya, Okke Sepatumerah, Radytya Dhika, Trynity, 
                    Windy A, Valiant Budi, Wina E, Ve Handoyo, Alexander T,
                    Ferdiriva H, Gama Harjono, Farida S.
Tebal         :  254 hal. 
Penerbit     : Gagas Media
ISBN          : 9789797804817
 My rating    : 3 of 5 Stars
Perjalanan adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi sebagian besar orang ( karena ada juga orang yang tidak suka melakukannya dengan alasan yang berbeda-beda), tentu saja saya termasuk pada kategori yang pertama.
Setiap orang memaknai berbeda tentang perjalanan , tapi yang pasti setiap pelakunya akan mendapat pengalaman baru, baik pengalaman baik ataupun buruk, dan yang paling menarik bagaimana mereka menghadapi atau beradaptasi dengan hal-hal yang baru mereka jumpai itu.

Senang sekali waktu mendapatkan buku ini karena buku ini berisi kumpulan cerita pendek tentang pengalaman perjalanan dari 12 orang traveller dengan gaya bercerita dan sudut pandang yang berbeda.

Mengejar Mimpi, Kereta Pagi, dan Tapas Andalusia dari Gama Harjono. Cerita pertama yang mengisahkan perjalanan dari Roma di Italia ke Andalusia di Spanyol, banyak nama makanan diperkenalkan di sini, ada Tapas makanan untuk ici-icip, Paela sejenis nasi campur, Churros sejenis cakwe tapi garing, sepertinya makanan yang enak untuk dicoba. Sayang nya cara bercerita kurang greget buat saya, entah kenapa saya agak bosan membacanya.
A Morning Kiss Bye from A Stranger dari Windy Ariesta menceritakan pengalamannya di Lucerne, Swiss . Swiss adalah negara kaya tapi orang-orangnya tidak suka pamer kekayaan.
Penduduk Swiss menganggap sumber kebahagiaan –selain toilet umum yang bersih-adalah bebas dari rasa iri. (hal. 49)
Valiant Budi dalam Parfum Impian , gaya berceritanya tentang Timur Tengah membuat saya tertarik dan tersenyum dengan kelucuan yang disuguhkan.
Karimun Jawa Surga Indonesia dari Alexander Thian , memberi kejutan ternyata Karimun Jawa adalah tempat yang sangat menarik , salah satu tempat yang terindah di dunia.
Amerika Amertua, Ferdina Hamzah menceritakan perjalanan ke Amerika bersama ayah mertuanya, dia tidak menyangka perjalanan dengan mertua yang awalnya dianggap akan membosankan ternyata cukup menyenangkan. Gaya berceritanya yang penuh humor membuat saya tertawa-tawa sepanjang cerita.
Melipir ke Tel Aviv cerita dari Ve Handoyo ketika melakukan perjalanan ke Israel. Sementara rombongan nya melakukan wisata ziarah di Yerusalem, dia menginginkan pengalaman yang lain, dengan caranya sendiri dia dapat berjalan-jalan di Tel Aviv. Salah satu yang membuatnya heran dan kagum ialah orang di sana terbiasa menunjukkan waktu dengan spesifik. Ketika dia menanyakan jarak ke suatu tempat, dijawab bahwa ke tempat tersebut memerlukan waktu 17 menit, atau 23 menit. Dan ternyata perkiraan itu benar adanya.
Guy temannya mengatakan bahwa itu kebiasaan mereka “Kalau kasih petunjuk waktu selalu sedetail mungkin, yah, mumgkin kebiasaan yang terbawa dari wajib militer.” (hal. 185)
Adhitya Mulya dalam Afrika seperti biasa bercerita dengan bahasa yang renyah dan kocak. Menceritakan pengalamannya menjelajah Afrika, dia pergi ke Senegal secara kebetulan karena ketika sedang berada di barat Afrika visanya hampir habis dan hanya di Senegal lah Indonesia memiliki KBRI, padahal Senegal bukanlah negara yang menarik bagi turis. Dia bersyukur dengan kebetulan itu karena ternyata  Senegal memberikan pengalaman petualangan yang mengejutkan. Adhitya juga memberikan tips untuk mengujungi Afrika , negara-negara mana saja yang menarik serta keistimewaan masing-masing negara. Selama ini banyak yang menganggap bahwa semua penduduk Afrika berkulit hitam, ternyata tidak, ada gradasi warna kulit penduduknya dari mulai negara di utara sampai ke selatan, bagaimana bisa? Sila baca sendiri, penjelasannya menarik untuk disimak.

Oh ya tentang gambar covernya dalam waktu yang lama terlihat oleh saya seperti gambar lokomotif, setelah hampir selesai membaca baru saya perhatikan oh ternyata gambarnya tumpukan koper…siwer haha.
Cerita- cerita lainnya banyak membuka mata kita tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi karena keistimewaan yang dimilikinya. Sayang gambar/foto nya baik tata letak maupun penampilan terasa kurang menarik. 

Untuk marasakan bagaimana pengalaman masing-masing secara lebih mendetail dan mengetahui keistimewaan setiap tempat yang diceritakan, tidak rugi membaca buku ini.

By thinking positively in every situation, you can enjoy the travelling itself, not fussing over whom you’re travelling with ( hal. 157 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar