Judul : Ibunda Para Nabi
Penulis : Aisyah Abdurrahman binti Asy-Syathi
Tebal : 218 hal.
Penerbit : Pustaja Mantiq
My Rating : 3 of 5 stars
Buku ini mengisahkan riwayat wanita-wanita mulia yang terpilih sebagai ibunda para Nabi. Saya mengira bahwa akan mendapatkan cerita mendalam tentang ibunda para Nabi ini, tenyata yang dibahas mendalam hanya Siti Aminah ibunda dari Nabi Muhammad SAW.
Selain ibunda Nabi Muhammad, yang sedikit diceritakan riwayatnya adalah :
* Ummu Ismail (Siti Hajar) - Ibunda nabi Ismail A.S.- Kisah perjuangan beliau di Baitul Atiq Mekah ketika memperjuangkan kelangsungan hidup dan memelihara putranya
* Ummu Musa – Ibunda Nabi Musa A.S.,cerita ketika melarungkan bayinya di S. Nil, usaha dan tekadnya untuk menyusui, mmelihara dan mendidik bayinya yang dipelihara oleh istri Firaun
* Ummu Isa (Maryam) – ibunda Nabi Isa A.S. ketabahan ketika dihina dan dicaci karena mengandung bayi tanpa suami padahal beliau adalah gadis yang suci. Dengan tabah dan tawakal dia membesarkan anaknya karena yakin bahwa anaknya dalam lindungan Allah.
Perjuangan Siti Aminah sama beratnya dalam membesarkan anak, ditinggal suami ketika anak masih dalam kandungan, kemudian membesarkan anak nya dengan penuh kasih walaupun dalam kesulitan.
Wanita-wanita terhormat yang melahirkan para Nabi ini memiliki persamaan dalam mengasuh dan mendidik putranya.: sebagai ibu tanpa suami dalam mengurus anak , mempunyai hati yang tegar dalam mengasuh , sabar dalam mendidik , tiada lelah mengharapkan anak agar menjadi anak yang shaleh. Perjuangan para ibu ini tidak sia-sia, putra mereka menjadi utusan Allah untuk membawa umatnya kepada hidayah.
Rasulullah SAW ditinggal oleh ayahnya ketika masih dalam kandungan, ibunya meninggal pada saat beliau berusia sekitar 7 tahun. Kemudian diasuh dengan penuh kasih sayang oleh bibi dan pamannya Abu Thalib. Kenangan masa kecil yang menyedihkan membuat beliau sangat mengasihani dan memuliakan setiap ibu. Beliau merasakan beratnya seorang ibu dalam membesarkan anaknya. Kasih beliau merata terhadap semua wanita , kepada Tsuwaibah; budak yang sempat beberapa saat menyusui nya,beliau penuh perhatian sering mengirimi pakaian atau makanan walau tempat mereka berjauhan . Keapada Ummu Aiman; pembantu ibunya, beliau menganggap seperti ibu sendiri , tidak pernah lupa bahwa bersama ummu Aiman lah beliau menghadapi kematian ibunda Siti Aminah. Kepada Halimah As-Sa’diyah; ibu susunya , belaiau senantiasa berbuat baik dan menghormatinya. Ketika sedang menikmati daging bakar beliau serentak berdiri dan menggelar kain sorabn untuk tempat duduk ketika seorang wanita menghampirinya yang ternyata Halimah As-Sa’diyah. Kepada Fatimah binti As’ad; bibinya yaitu istri paman beliau, yang telah memberinya limpahan kasih semasa beliau dalam asuhan keluarga Abu Thalib, beliau menganggapnya seperti ibu kandung sendiri. Ketika bibinya ini meninggal beliau memberikan gamisnya untuk dipakaikan dan berbaring sejenak disisinya. Kepada ibu mertuanya (ibunda Siti Khadijah), yang memberikan kasih sayang kepada beliau sejak menikah sampai wafatnya di tahun ketiga sebelum hijrah.
Rasulullah begitu peka dan langsung tersentuh dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat keibuan seorang wanita , ingatan beliau selalu melayang ke arah ibunya. Itulah sebabnya sampai beliau mengatakan bahwa sorga ada di bawah telapak kaki ibu.
Beliau menjadikan bakti kepada seorang ibu sebagai yang utama dan pertama dalam berjuang fisabilillah. Juga untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.
"Aku sedang mendirikan shalat,
Dan ingin melakukannya agak lama,
Tapi tiba-tiba aku dengar tangisan bayi,
Maka aku percepat shalatku,sebab aku tak ingin, ia menyulitkan ibunya”
(Hadits Syarif)
Itulah yang selalu diperbuat oleh Rasulullah SAW sebagai balasan dan kenangan kepada ibunya, beliau selalu ingin menyenangkan hati seorang ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar